Seumur-umur aku cuma punya buku harian tiga buah aja, itupun sekarang semua sudah menjadi “mantan buku diari”. Dua yang pertama entah kemana, yang ada sekarang tinggal buku diari yang ketiga. Sebenarnya, sebagai seorang yang pemalu, sejak dulu aku gak terbiasa untuk menuangkan isi hati ke dalam buku harian. Kenapa? Khawatir dibaca orang. Aku terbiasa menelan sendiri apapun yang kualami. Atau biasanya kalau aku ada masalah, aku langsung curhat sama Allah layaknya aku berbicara pada seseorang. Kadang terkesan seperti orang yang lagi ngomong sendiri. Makanya ketika teman-temanku di SMP ramai-ramai memiliki buku diari yang cantik dengan segala pernak pernik dan foto-foto di dalamnya, aku gak terlalu tertarik mengikuti jejak mereka menuliskan isi hati di diari. Yang ada aku tulis beberapa jadwal pelajaran dan cerita tentang tingkah lucu teman-temanku di buku tulis sembarangan, istilahnya buku campur-campur. Tapi walau begitu inilah yang kuanggap buku harianku yang pertama.
Tapi menginjak SMA, pendapatku mulai berubah. Ini gara-gara aku naksir kakak kelas tiga, (waktu itu aku kelas satu…hehe… *dasar abege *). Berhubung gak bisa ngomong sama siapapun soal perasaan naksir ini (meskipun ngomong sama temanku sendiri), makanya kumerasa saat itulah waktunya aku membutuhkan buku diari. Dan ketika tanpa sengaja kutemukan buku agenda tahunan bekas, yang tentunya masih layak pakai (lengkap dengan kalender dan nomor telepon instansi setempat), jadi digunakanlah buku agenda itu sebagai tempat mencurahkan isi hati, Inilah diari yang kedua. Dibuku itu, selain menuangkan isi hati, ternyata juga pada akhirnya menjadi tempat menyimpan benda pemberian si kakak kelas, yaitu…….. sebuah permen vicks rasa mint berwarna hijau…
Jadi kejadiannya begini, suatu hari, di acara kemping PMR, si kakak kelas pernah membagikan permen kepada semua adik-adik kelasnya (bukan hanya aku yang diberinya). Berhubung waktu itu aku sedang naksir sama dia, maka sewaktu teman-teman yang lain langsung memakan permen itu, aku justru menyimpannya sebagai kenang-kenangan…hehe.. Dan sepulangnya ke rumah, aku langsung selipkan permen itu di dalam buku harian.
Seperti yang kubilang kalau aku gak terbiasa menulis di buku harian, jadi setelah episode aku naksir dengan si kakak kelas itu berakhir (namanya juga cinta monyet, gak jelas gitu deh, naksir dari jauh aja…wkwkwk..), maka buku harian itu juga mulai terabaikan. Gak pernah kubuka-buka, dan gak pernah bertambah juga isinya. Bertahun-tahun kusimpan buku agenda itu tanpa kutengok sedikitpun, hingga hampir terlupakan .
Sampai suatu ketika aku sedang membereskan buku-buku lama, kutemukan kembali buku agenda itu, dan ternyata permen yang ada di dalamnya juga masih ada, tapi keadaan permen itu sudah berubah, yang tadinya permen itu padat, waktu kutemukan lagi itu permen, sudah menjadi cair…hehe… Kutimbang-timbang kembali, apakah permen itu mau dibuang atau disimpan lagi (gak mungkin dimakan, kecuali kalo mau keracunan),...buang…gak…. buang… gak… *ragu-ragu gak jelas*…. akhirnya kubuang juga permen itu. Kemudian kutoleh lagi isi buku agenda. Kubaca-baca kembali. Perasaanku jadi malu sendiri sewaktu membacanya. Gak percaya kalau itu aku yang tulis…(perasaan kok bukan gue banget yak! Pasti itu orang lain yang tulis...wkwkwk… *gak mau disalahin*). Jadi dengan tanpa rasa menyesal, akhirnya segera kusobek buku itu supaya gak ada yang baca…
Buku diari ketiga sengaja kubeli di toko buku. Niatnya juga bukan untuk menulis diari, tapi semata-mata karena aku tertarik dengan penampilan bukunya. Kertasnya tebal, isinya berisi gambar-gambar pemandangan dan juga foto-foto yang artistik. Sampulnya juga berwarna hijau muda yang adem dan ditutup dengan cover plastic, membuatku yakin pasti buku ini bakalan awet. Sampai beberapa waktu lamanya buku ini gak pernah ditulis apapun, hanya dibolak balik dan dipandangi isinya yang berisi gambar-gambar. Hingga ketika suatu hari kubutuhkan buku itu untuk menuangkan perasaan, buku diari itupun kembali memainkan perannya. Sampai sempat berlembar-lembar kuisi, lama kelamaan aku mulai gak konsisten menulisnya.. Si Buku Diari pun mulai sedikit terlupakan (Cuma berbulan-bulan gak kutengok, gak sampai tahunan lagi kok..:p).
Tapi sewaktu aku sadar kembali untuk menulis buku diari itu, dan mulai membaca-baca dulu isinya sebelum ditambah lagi dengan tulisan yang lain, penyakit lamaku kembali muncul. Kembali aku merasa malu membaca apa yang ada di dalamnya. Aku khawatir ada orang lain yang membacanya. Dan pada akhirnya, seperti sebelumnya, sebagian isinya yang telah ditulisi, segera kugunting dan kusobek.
Bedanya, kali ini aku merasa menyesal telah menggunting buku itu. Pasalnya bukan menyesal karena tulisanku telah dibuang, tapi menyesal karena buku itu, yang semula utuh, kini hampir sebagiannya jadi gak utuh, banyak bagian yang kurobek dan menyisakan ruang kosong didalamnya kalau ditutup. Aku menyesal karena gambar-gambar bagus yang ada di dalamnya juga terbuang. Aku merasa sayang pada gambar-gambarnya. Sempat jadi sebel sama diri sendiri. Tapi setelah difikir-fikir, tiba-tiba timbullah ide di kepalaku. Supaya buku itu gak akan dirobek lagi dan tetap awet sampai kapanpun, aku gak akan menggunakannya sebagai buku diari, tapi buku itu kugunakan untuk menulis resep-resep masakan yang pastinya akan selalu aku gunakan sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam buku itu sengaja kutulis resep yang paling aku sukai dan aku yakin paling mudah untuk dipraktekkan. Jadi, begitulah, buku diariku telah berubah fungsi. Bertransformasi dari buku curhat, menjadi buku resep.. Sampai sekarang buku itu selalu kubuka kembali kalau aku mau bikin kue, terutama ketika lebaran menjelang..
Karena kusimpan resep andalanku didalamnya ^_^..
*tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba di sini : http://aghnellia.multiply.com/photos/album/46/Lomba-My_Silly_DiarySi_Merah *
yaa ampuuun
ReplyDeletenyimpen permen di diari.. emang gak disemutin tuh..
paling taunya selama ini bunga, stiker..
ini di sobek /gunting..
ReplyDeletebanyak bangeeet..
aaarrgghhh kuciwaaa intip diarynya isinya resep..
ReplyDeletepadahal kan.. kaan.. pengen liat yg laen.. :P
hehehe...yah begitulah... sadis yak? nyesel juga :(
ReplyDeletegak dong mba Nita... kan permennya dibungkus rapi, isinya gak bisa keluar klo gak kita sobek... tapi isinya tetap keliatan, ditutup plastik bening dari pabriknya..
ReplyDeletepermen vick jaman dulu begitu..^_^
wkwkwk... kan udah dibilangin klo isinya udah disobek... trus sobekannya dilenyapkan...hihihi... jadi inilah yg tersisa.. maap mengeciwakan...hehe.. :p
ReplyDeletewahh tulisannya itu bagus mbak...kalo tulisanku beneran gak kebaca, makanya gak punya diary *alessaann*
ReplyDeletebagus enggaknya tulisan, aku tergantung kertasnya mba... kebetulan itu kertasnya enak buat ditulis... biasanya sih tulisanku gak rata juga...
ReplyDeletemba Niez gak punya diary? tapi agenda banyak ya....hehe..
Agenda jg gak punya hehehe...
ReplyDeleteAniez nulisnya di daun lontar....
ReplyDeleteMaklum mbok, idup di jaman madangkara :-p
ReplyDeletendak pernah punya diary, karena nggak ngerti mau nulis apa.
ReplyDeletedulu kalo iseng aku lebih suka ngegambar. tapi juga nggak pernah jadi pinter. ngegambarnya begitu2 aja :P
percaya ga percaya, aku nulis baru di blog kopikahwa ini. di umur yang sudah seuzur ini hehehe..
kenapa harus merobek diary, iah?
ReplyDeleteoooh mba Niez.. diingat aja ya mba...hehe
ReplyDeletemalu Uni klo nanti dibaca orang... isinya kok kayak bukan aku yang tulis ya? terasa asing ^_^
ReplyDeletejaman transportasi masih pake kuda ya mba...hihihi...
ReplyDeleteaku juga kadang-kadang aja nulisnya...hehe... ya berarti sama ya... aku juga nulis banyak pas di mp ini aja ^_^
ReplyDeletemungkin karena aku ini lebih suka ngetik daripada nulis pake tangan, kalo nulis pake tangan itu bawaannya males :p
trus daunnya digulung-gulang ya bu? kayak pengumuman raja2 itu...xixixi...
ReplyDeletembaa makasih yaaa
ReplyDeletesama2 makasih juga mba Amel ^_^
ReplyDeletehuaa permennya dah berapa tahun nempel di diary?
ReplyDeleteDi buku diary ku juga ada tulisan yang gimanaa gitu..suka malu bacanyanya lagi.. Tapi gak aku gunting2 coz sayang banget..jadinya aku skip aja kalo lagi pengen buka2 lagi..
Eh tapi ada ding yang aku buang, tapi karena diarynya bentuk binder, jadinya gak ada bekasnya! ;p
eemm...hampir 6 tahun itu permen disimpan di diary...hehehe...
ReplyDeleteaku juga nyesel sih mba udah ngegunting bukunya, padahal kan bisa aja bagian yang itu dijepret kertasnya *apa ya istilahnya?* supaya gak gampang dibuka..
klo ini keliatan bekasnya...hiks... mana udah separo buku pula :(
kalo kata si mbot di jepret= dikokot.. Hehhehehe
ReplyDeletegitu toh....hehehe....
ReplyDelete