Thursday, 29 December 2011

Konsentrasi

Aku terpaku menatap layar monitor. Begitu seriusnya. Hingga tak terasa bahwa ternyata bapak telah berada di dekatku, sedang mengangkat kasur yang sedang kududuki. Aku pun menoleh dan bertanya pada bapak,"Kenapa pak?"

Bapak pun menjawab,"Lho? memangnya kamu gak tau kalau adek kamu daritadi kehilangan kunci?"

Aku terdiam, pasalnya sudah sejak 20 menit yang lalu adekku sudah kembali ke rumahnya.

Bapak pun berkata padaku,"Kamu nih, kalau sudah pegang komputer gak dengar apa-apa.."

Aku hanya nyengir, meringis pahit. Entahlah, apakah ini termasuk anugerah atau kekurangan ya. Begitu mata dan fikiranku sudah terpaku pada satu sasaran, biasanya aku larut ke dalamnya, dan tak sadar dengan keadaan sekeliling. Istilahnya, konsentrasi....hihi..
Begitupun ketika aku sedang di rumah, biasanya aku tak pernah memikirkan urusan di kantor. Dan sebaliknya, ketika aku di kantor, tak pernah memikirkan hal di luar itu. Fokus. Makanya, aku tak pernah terganggu dengan hal2 sekeliling, kecuali ada orang yang menepuk pundakku, atau justru berteriak memanggil namaku dengan tiba-tiba. Makanya, aku terlihat seperti orang yang tak peduli. Padahal bukan tak peduli, tapi memang aku sedang konsentrasi dan tak sadar dengan keadaan sekeliling.

Jadi, kalau aku sedang nonton tv, atau menatap monitor, atau sedang mengerjakan sesuatu, jangan harap bisa mengajak aku ngobrol, karena pada saat itu seolah-olah telingaku sedang tertutup rapat..pett... begitu aja, dan kalaupun aku terkesan seperti mendengarkan apa yang orang bicarakan, tapi sebenarnya aku sedang gak nyambung kalau diajak ngobrol...haha.. maaappkan akuuu bapaakk...

*dan bapak pun menatap sebal padaku..:p*

*catatan iseng*

Monday, 26 December 2011

pulang kampung




Mumpung belum ditutup ini empe.. mau nampilin gambar pas acara pulang kampung Desember kemarin ah, baru sempet upload sekarang :)

DOT Shafaa

Sudah beberapa minggu ini kami semua sedang mengusahakan agar Shafaa (keponakanku) tidak menghisap dot (mpeng) lagi. Tapi rupanya usaha kami masih belum menampakkan hasil yang memuaskan. Beberapa kali kami coba menyembunyikan dot-nya, tapi akhirnya luluh juga, ketika Shafaa mulai menjerit-jerit dan menangis meminta dot-nya. Duh, sudah begitu, jeritannya nyaring dan melengking sekali, bikin kami semua sakit telinga dan kepala... Saya yakin sekali, tetanggapun bisa mendengar jeritannya dari rumah mereka masing-masing.

Dan herannya, dia tetap dapat bicara meskipun dot masih menempel di mulutnya. Walaupun kadang ucapannya jadi gak terlalu jelas. Sering kami sengaja, bilang kalau bicara dia harus melepas dot-nya. Atau dibilang, bila dia sedang menghisap dot, nanti gak keliatan cantik (dia itu genit lho..hihi..). Nah..kalau sudah begitu, dia akan langsung melepasnya, atau membuang dengan cara seperti meludahkan dot itu hingga terpental jauh.

Dan repotnya, kalau dot itu hilang, atau dia membuangnya entah dimana, tanpa sepengetahuan kami (padahal dia sendiri yang membuangnya, dan tuh bocah lupa pula tadi mbuangnya dimana), maka seisi rumah harus segera mencari. Di kolong kursi, di bawah lemari, di pojok ruangan, semua wilayah disusuri. Harus segera ditemukan kalau kami tidak mau mendengar jeritannya yang memekakkan telinga.. Bahkan bila dot itu tertinggal di rumahku, dan dia sedang ada di rumahnya, mau gak mau ayahnya harus mengambil dot itu ke rumahku, padahal jarak rumahnya lumayan jauh dari rumahku...ppyuuhhh..


Kalaupun dia sedang tidak menghisap dot-nya, biasanya dia mengganti dengan menghisap botol susunya, atau lain waktu jarinya dihisap juga.. susah sekali membuat dia bebas dari dot.

Sampai sekarang kami masih terus berusaha menghilangkan kebiasaannya menghisap dot. Entahlah, semoga saja bila Shafaa semakin besar nanti, akan ada rasa malu untuk tidak menghisap dot lagi.. ^_^

(tulisan iseng aja, karena bude-nya Shafaa lagi sebel denger jeritan dia minta dot :p)

Wednesday, 30 November 2011

Pembeli Linglung

Di sore yg adem, di sebuah pasar tradisional pinggir jalan, terjadi percakapan antara dua orang manusia, yang satu pembeli dan satunya penjual :

Pembeli (PI) : "Jeruk nipisnya berapa nih bu?"
Penjual (PJ) : "Oooh itu 2.000 dapet 3"
PI : (sok nawar) "5.000 dapet 6 aja ya?"
PJ : (agak mikir) "Ya udah, boleh, 5.000 ambil 6"
PI : (mulai merasa ada sesuatu yang aneh dengan tawar menawar ini, kemudian ia menyadari kebodohannya...hihi, entah kenapa dia jadi agak linglung sore itu, munkin karena gak dapet tempat duduk di angkot)..."ya udah, kalo 9 jadinya 6.000 aja ya bu"
PJ : (senyum-senyum bingung juga)
PI : (masih merasa ada yang aneh, akhirnya memutuskan membeli 6 buah jeruk nipis) "ya udah, ambil 6 aja deh bu, jadi 4.000 ya.."
PJ : (masih senyum-senyum) "Ya udah, 5.000 ambil 8 deh.."
PI : (mengangguk pasrah, masih linglung ngitungnya, menyerahkan uang 5.000)
--_-- ggrrrr... si pembeli malu sendiri, langsung naik angkot..

Wednesday, 23 November 2011

Saturday, 19 November 2011

flipflop




mba Mirza, ini foto sandal yg kelopaknya mau lepas..

Friday, 11 November 2011

garage sale


Rp. 45.000,-

Friends, aku mau jualin barang2 yang gak aku pakai. Semuanya hampig gak pernah dipake (paling cuma 1 atau 2 x aja pakenya), ada juga yang baru. Jadi daripada numpuk di lemari, mending dijual aja, siapa tau ada yang tertarik.
Kalau tertarik pm aja yaa. Harga belum termasuk ongkos kirim.
Makasih :)

Tuesday, 8 November 2011

nenek : shafa mau ikut nenek ngaji gak? shafa : (dengan suara anak kecil yang agak cadel & manja) gak mau, mau sama bude aja... nenek mau ngaji ya? di mucola (mushola) ya? nenek : iya, nenek mau ngaji... shafa : ngaji apaan nenek? ngaji lobbana atina ya? nenek : iya.. shafa : piddunya hacanah ya? nenek : iya... shafa : wapil ahiloti hacanah ya? nenek : iya... shafa : wakina ajabana? nenek : *sambil cekikikan...* iya.. bude : *ngikik aja* *pengen cubit anak itu... gemes...hihi...*

Swatch-ku..

Ehmm... pertama kali kenal jam Swatch, waktu aku masih di SMP, itu pun taunya dari majalah "Gadis", majalah remaja yang sekarang entah masih ada atau udah almarhum ya? Waktu sedang membolak balik majalah yang juga kebetulan bukan milikku sendiri (pinjem teman), di salah satu iklannya ada iklan jam tangan Swatch. Kalo gak salah modelnya dari berbagai bangsa, dari yang orang Afrika, Asia sampai orang Amerika dan Eropa. Menarik perhatian. Apalagi pas liat jamnya. Wah bagusnya. Pengen banget punya jam kayak yang ada di dalam majalah itu. Tapi berhubung masih anak sekolah, aku gak mampu belinya. Jangankan buat beli jam Swatch, buat beli buku aja harus ngumpulin uang dulu beberapa hari. Ya udah, itu Swatch cuma ada dalam angan-angan.

Sementara blum bisa beli swatch, aku beli jam yang lain. Dari yang merk Tag Heuer bohongan, jam tangan digital plastik, sampai jam tangan beli di katalog bank, belinya juga titip lewat kartu kredit teman. Rusak, ganti, rusak, ganti lagi. Begitu seterusnya. Rata-rata aku kalau pakai jam lumayan awet. Bisa sampai bertahun-tahun. Bahkan, saking awetnya, walaupun jam itu udah gak ada talinya, asalkan masih bisa dipake, ya dibawa aja, masuk dalam tas.

Tapi walau begitu sampai aku akhirnya sudah kerja, jam Swatch itu tetap teringat-ingat. Walaupun belum bisa beli dan belum tahu juga mau beli dimana. Mau beli di Mall, rasanya gak pede banget. Kenapa? Tanganku spesial. Terlalu mungil. Malu aja rasanya kalau mau beli trus nanti SPG-nya nyobain jam tangan itu ke tanganku.. Oowchh.. Gak mau pokoknya. Nanti dikira tangan anak kecil...hehe.. 

Sampai akhirnya bisa beli di mba Sandra. Senangnyaaa.. Apalagi baru tahu kalau ternyata Swatch itu ada ukuran Lady-nya, yang diameternya lumayan cocoklah dengan tangan mungilku. Jadi Swatchku itu haruslah yang type Lady. Sejak saat itu, mulailah aku bisa memburu (kalau kebetulan ada uang) dan mengagumi (kalau gak punya uang atau swatch-nya ukuran besar :p) Si Swatch idaman.

Sukanya dengan Swatch itu, model-modelnya unik. Tiap edisi berbeda model. Beragam. Kadang sampai gak terfikirkan sama sekali ada yang model semacam itu. Ada koleksi-koleksi yang bisa bikin aku ketawa cekikikan. Ada juga yang bikin kagum. Bahkan ada yang bikin aku kesengsem, karena desainnya yang girly. So sweet deh pokoknya.

Tapi walaupun begitu, aku tetap selektif memilih. Paling gak, yang aku beli, harus ukuran Lady. Kalau gak, gak mungkin aku bisa pake...hehe..
Swatch ukuran lain? ya sekedar mengagumi aja. Tapi pernah aku ikut lelang Swatch, di tempat mba Sandra juga, dan dapat yang ukuran agak besar, bukan yang Lady. Ternyata.... cocok juga lho di tanganku...hehe.. Keren pokoknya. Sampai adekku naksir.  

Swatch yang kupakai sehari-hari, yaitu yang kudapat dari hasil lelang. Walaupun semua komponennya dari stainless steel, tapi modelnya ikatannya kayak karet, dan yang paling penting tetap bisa kupakai tanpa rasa minder sama tangan mungil dan cungkring ini (itulah hebatnya jam favorit yang ini)...hehe.. Kalau lagi pake jam itu, serasa pakai gelang deadlock, suka aja, keren. Bisa jadi jam, bisa jadi gelang juga. Dan anehnya, kalau aku pakai Swatch yang ini, tangan mungilku jadi kelihatan lebih besar...hihi.. *efek apakah itu?*

Kebanyakan yang aku incar atau yang jadi favoritku, memang Swatch yang terbuat dari stainless steel, karena kelihatan lebih kokoh aja, menurutku lho. Tapi yang model plastik pun asyik juga dipakenya, apalagi dengan corak yang lucu-lucu. Senang pakenya.

Hanya sekarang-sekarang ini, yang membuat sebel, sepertinya desainer Swatch lagi kehilangan ide merancang. Sekalinya keluar edisi yang baru, itu hanya satu model dan itu hanya warnanya aja yang dibedakan.. hikss. sedih aja, gak bisa liat model yang lucu lagi. Tapi mudah-mudahan, tahun depan, model Swatch akan kembali beragam. Semoga.

Yah, begitulah, kesanku tentang jam tangan Swatch. Walaupun aku gak terlalu tahu macam modelnya, tapi yang jelas aku suka banget dengan Swatch.
Emm... kalau teman-teman ada yang mau tahu lebih dalam lagi soal Swatch, tanya aja sama mba Sandra. Beliau ini pakarnya Swatch, tahu banget model-modelnya dan tahun bikinnya kapan.. Sampai mendetail. Wah salut deh pokoknya.. Sampai aku sendiri heran...hehe..

tulisan ini diikutsertakan disini


Thursday, 3 November 2011

Today's Inspirations




It was early morning when I was checking up my email and saw this beautiful inspirations from "hijabstyle.co.uk".

Yes, it's "hanbok", Korean traditional dress that muslimah can also modify it to become abaya. I have seen hanbok before from my friends' blog, but to me these are look different, they are presented in modern style.

I love all of them. Will make it someday for myself :).

rgds,
iah

Sunday, 23 October 2011

Kenangan Senja





Sore itu, matahari bersinar indah
Cahayanya kuning keemasan
Bercampur dengan awan yang sedikit menghitam...
Di balik pohon belimbing, sinarnya mengintip

Gadis kecil itu takjub melihatnya..
Betapa damainya sore ini..
Sepi dan menenangkan..
Sayup-sayup terdengar lantunan ayat suci
Menyambut datangnya maghrib
 
Oh indahnya senja ini..
Takkan terlupakan..
Kan selalu jadi kenangan
Hingga ia dewasa...

 

Friday, 7 October 2011

Kam Sa'ah??

Suatu sore yang macet (seperti biasa), di dalam angkot yang membawaku ke rumah, tiba-tiba hape-ku bergetar... "dddrrttt...ddrrrttt" (kebiasaanku gak pernah menyalakan suara hape, selalu pasang silent, kalau dinyalakan, justru selalu terkaget-kaget sendiri dengan suaranya..sigh).

Oh sms dari ummi (guru), isinya : "Kaifa haalukum ya akhowati al mahbubah? (apa kabar kamu semua wahai saudaraku yang disayangi) Diharapkan kehadirannya....dst...dst..."

Kubaca sekilas, tanpa melihat detil isinya. Aku terburu-buru hendak turun, rencana mau ke pasar dulu sebelum pulang ke rumah. Segera kuketuk atap mobil, untuk menghentikannya.

Sepanjang jalan menuju ke pasar, aku berfikir..hhmm... tadi sekilas aku gak liat jam berapa acaranya.. ehmm... gimana kalau aku bertanya "jam berapa" dalam bahasa arab? hihi... bahasa arabnya "jam", yaitu sa'ah... bahasa arabnya "berapa"... apa ya?... aku lupa-lupa ingat.. kam atau maa?... emm.. kalau maa itu kan artinya "apa?" bukan "berapa?"

Dengan diberani-beranikan aku membalas sms dari ummi :"kam sa'ah? jam berapa?" (sengaja kutanya juga dalam bahasa indonesia, khawatir aku salah tanya dalam bahasa arab, nanti malah gak dimengerti dan ditertawakan... malu...hehe..)

ddrrrttt...dddrrrttt... sms dibalas : "Sa'ati Tsalitsah masaa'an"

Hah!! apa artinya ini yaa...hehehe.. *tepok jidat*... *cengar cengir sendiri sambil jalan* Sok tau nanya pake bahasa arab, giliran dijawab malah gak tau .... Why am I so forgetfull? lupa dengan pelajaran dulu...hiks... yang kutahu hanya kata tsalitsah, artinya tiga... jadi jawabannya setengah tiga atau jam tiga lewat ya? *berfikir terus* hihi... segera kubaca sms sebelumnya, disitu tertulis acara "ba'da ashar".. Weww... inilah akibat kalo langsung tanya balik tanpa baca dulu secara teliti isinya..

Jadi, aku artikan saja, kalau ba'da ashar itu berarti sekitar jam setengah empat sepertinya...hihihi.... :p

Sampe sekarang masih mikir, jam berapa itu yaa? *lagi males googling*.... pokoknya aku mau dateng sekitar jam segitu deh

 

Tuesday, 4 October 2011

Telor Ayam Gede




Sengaja gak dikasih judul telor raksasa. Soalnya kalau dibilang raksasa, kesannya gedeeee baangeett..
Ini telor gak gedee bangeett... tapi lumayan gede dibandingkan dengan telor ayam normal pada umumnya. Lihat aja, bandingkan dengan telor yang di sebelah kiri yang ukurannya normal.

Telor ini saya dapatkan dari bu de saya, yang tinggalnya tak jauh dari rumah. Kebetulan beliau mau masak opor ayam, menjelang Hari Raya Idul Fitri kemarin. Begitu ayam dipotong, di dalamnya ada telor gede ini. Bayangkan aja, sewaktu belum dipotong, ayamnya sendiri susah jalan... ehm... agak ketawa geli, gimanaa gitu, waktu liat telor ini pertama kali. Aneh aja rasanya...hehe..
Btw, ini sebenarnya telor gede yang kedua. Telor gede yang pertama di dapat dari ayam yang berbeda, tapi dipotong bersamaan (buat opor di hari raya juga).

Penasaran sama isinya? Sewaktu dipecahin, isi telor ini.... ada batunya!!
Mirip kerikil. Iiihh ayamnya iseng atau terlalu lapar? sampai batu juga dimakan...

Tuesday, 27 September 2011

Bahagia Dengan Buku

Pagi ini wajahku berseri-seri. Sumringah. Apa pasal. Buku yang kutunggu-tunggu sejak hampir sebulan yang lalu, akhirnya ada dalam genggamanku. Buku apa itu? Mungkin terkesan sepele. Bukan buku yang serius. Tapi buatku juga ini bukan sekedar buku main-main.

 


Buku pertama, adalah buku "Garden Style", berisi tentang model-model kebun dan fasad rumah ala Jepang (dan memang berbahasa Jepang...qiqiqi :p). Buku kedua adalah buku "Fabulous Gift Wrapping Idea", isinya tentang teknik membungkus kado, berbahasa Jepang juga, tapi instruksinya jelas, step by step.
Terus, tadi sewaktu bertemu dengan penjual koran yang ternyata sudah siap naik motor, jauh meninggalkan kiosnya begitu saja, tiba-tiba dia bilang,"Mba, majalah "Aulia"nya udah dateng tuh. Ambil aja, gak apa-apa (bayarnya belakangan)". Aku pun tersenyum lagi.
Dengan segera kuambil sendiri majalah itu dan ijin pada penjual minuman di sebelah kalau aku sudah disuruh ambil sama penjual korannya.
Tersenyum lagi.

Bahagiaku...

Cukup dengan buku-buku itu, hari ini aku sudah merasa bahagia. Bersyukur ^_^

Jadi... teman, apakah yang membuat kau bahagia hari ini?

Saturday, 27 August 2011

Kacang Telur


Siap dimakan... krriiuukk!!

Sepertinya sudah jadi tradisi di rumah, tiap kali menjelang lebaran, selain membuat kacang bawang, pasti kami juga selalu membuat kacang telur ini. Kalau belum bikin kacang telur di hari lebaran, rasanya kurang seru aja. Bikinnya gampang dan rasanya enak. Sengaja ditampilin gambar juga, supaya gampang jelasinnya. Frens..kalau ada yang mau coba bikin juga, silahkan ^_^....

Bahan :
- 2 kg kacang tanah yang ukuran sedang/kecil, yang masih ada kulitnya
- Gula pasir 1/4 kg
- Air 1 gelas
- Vanili 1 bungkus
- Garam 2 sendok makan penuh
- Telur 2 butir
- Penyedap rasa (royco) secukupnya saja/sedikit, boleh ditambah kalau suka (tapi saya jarang pake)

Cara membuat :
1. Air, gula, garam, vanili dimasak jadi satu, sampai cairan gula agak kental (tidak cair, tapi juga tidak terlalu kental (ganting)). Kemudian dinginkan.
2. Kalau cairan gula sudah betul-betul dingin, masukkan telur, dan aduk sampai telur tercampur rata dengan cairan. Cairan siap digunakan.
3. Ambil kira-kira sepiring kacang. Campur dengan 2-3 sendok makan cairan gula. Aduk-aduk sampai semua kacang terlumuri cairan gula (cairan jangan sampai berlebihan).
4. Bila kacang sudah terlumuri semua, letakkan kacang di atas terigu yang sudah disiapkan di atas tampah, aduk-aduk/campur kacang dengan terigu, sampai kacang yang semula lengket, jadi terpisah-pisah.
5. Ayak kacang dengan saringan yang lubangnya besar-besar, sampai kacang bersih dari terigu yang tersisa.
6. Letakkan kacang yang sudah diberi terigu, di tempat terpisah. Ulangi proses untuk kacang yang selanjutnya, hingga semua kacang habis.
7. Bila semua kacang sudah terbungkus terigu semua, ulangi prosesnya dari awal (diberi cairan, terigu, dan di ayak lagi).
8. Jadi prosesnya dua kali.
9. Kalau kacang sudah dua kali diberi terigu, maka kacang siap digoreng.
10. Hati-hati dalam menggoreng. Kacang ini istilahnya "mateng di darat". Jadi harus dicoba dulu, kira2 berapa lama untuk menggoreng (dengan api sedang). Seringnya ketika masih di penggorengan. kacang ini terlihat seperti belum mateng, tapi ternyata begitu diangkat, jadi hangus. Makanya harus dicoba, kira2 berapa lama menggorengnya.
Goreng kacang hingga terlihat kecoklatan ketika sudah diletakkan di piring/tampah (biasanya saya pake tampah yang dialasi koran).

Kacang ini, pada saat masih panas, memang terasa kurang garing. Tapi bila sudah dingin dan agak lama, akan terasa garing sampai ke dalam.
Selamat mencobaaa! ^_^

Ket : Model diperagakan oleh.... my emak :D... eh bukan cuma diperagakan sih, emang si emak yg bikin...wkwkwk...

Saturday, 20 August 2011

Mengejar Suami

Pagi menjelang siang, aku berangkat menuju kantor Telkom untuk membayar rekening teleponku yang jatuh tempo pembayarannya tepat hari ini. Sebenarnya agak malas juga. Enaknya kalau sudah di rumah, ya gak usah keluar-keluar lagi. Tapi berhubung ini hari terakhir pembayaran, yah dipaksa-paksa juga diri ini supaya mau berangkat.

Dengan mikrolet biru aku menuju kantor Telkom. Seperti biasa, sepanjang perjalanan aku paling suka melihat-lihat pemandangan di luar. Jalan-jalan yang berdebu, toko-toko, orang-orang berjualan, orang-orang yang sedang menunggu kendaraan juga, dan banyak kejadian yang dapat kulihat dari dalam angkot. Bersamaku ada empat orang lainnya. Dua orang ibu-ibu yang rupanya saling kenal. Mereka asyik mengobrol. Dan lainnya adalah seorang ibu dengan anak perempuannya usia kira-kira sembilan tahun yang juga mengobrol.

Sedang asyiknya kami dengan kegiatan masing-masing. Dari jauh kulihat seorang ibu, berlari setengah kencang, kadang juga pelan, sambil menenteng helm. Si ibu terus berlari, seperti mengejar sesuatu. Nampak kulihat tak jauh di depan ibu tersebut, ada sebuah motor yang melaju tidak terlalu kencang juga. Bila kulihat si ibu nampak hampir sampai pada motor tersebut, tiba-tiba motor yang dikejarnya melaju agak kencang. Dan bila si ibu mulai capek berlari, si motor nampak melaju pelan. Seperti bermain-main nampaknya. Tarik ulur... Tarik ulur... Seperti main layang-layang. Kami yang melihatnya dari jauh jadi agak geregetan juga.

Lama kelamaan perhatian kami semua yang ada di dalam angkot tersita hanya pada ibu tersebut. Dan ketika supir angkot yang kami tumpangi dapat mengejarnya, segera saja pak supir menanyakan ada apa. Si ibu dengan nafas yang terengah-engah dan keringat bercucuran (kelihatan sangat lelah), segera menjawab, bahwa dia sedang mengejar suaminya yang naik motor. Pak supir pun menawari si ibu untuk mengejar suaminya, dan menyuruh naik di angkotnya.

Kemudian perhatian kami beralih pada pengendara motor yang tadi kelihatan berjalan kadang pelan dan kadang cepat di depan si ibu. Namun ketika melewati pengendara yang dimaksud dan kami menunjuknya, si ibu berkata bahwa pengendara tersebut bukan suaminya, tapi suaminya sudah lebih dulu di depan lagi melaju. Masya Allah... dugaan kami salah semuaaa... Jadi suaminya yang dikejarnya sudah lebih jauuhh... tapi kenapa tadi si ibu lari teruuuss, kenapa gak langsung naik angkot ajaaa daritadiii... *gubraks*. Yah mungkin lagi panik, jadi lupa.

Setelah itu kami segera fokus mengejar suami si ibu. Sambil kami mengejar, dengan nafas yang tersengal-sengal si ibu bercerita bahwa dia baru saja pulang dari rumah orangtuanya dan tadi dia ngambek pada suaminya. Dan dengan agak kesal dan mungkin sedikit merajuk, dia menyuruh suaminya pergi. Sebenarnya si ibu tidak benar-benar bermaksud menyuruh suaminya pergi. Tapi rupanya ucapannya itu ditanggapi serius oleh sang suami, jadi segera saja suaminya pergi meninggalkannya walaupun si isteri memanggil dan mengejarnya. Dan ketika suaminya benar-benar pergi, si ibu mengejarnya sepanjang jalan. Dan pemandangan itulah yang kami lihat tadi. Rupanya suaminya ngambek juga..

Duuh... ibu... kok bisa begitu sih? *bingung, garuk2 kepala*

Terus suaminya kok tega ninggalin isterinya beneran? *tambah bingung, gak garuk2 kepala lagi, gak gatel sih :p*

Dua-duanya sama-sama ngambek jadinya...

Sampai aku harus turun lebih dulu dari mikrolet biru, si ibu masih dalam misi mengejar suaminya, bersama pak supir dan dua orang ibu yang tersisa. Entah si suami terkejar atau malah tertinggal jauh. Aku gak tau. ###

Pesan moral dari kejadian itu, apa ya? emm... kalau ngambek, mungkin jangan keterlaluan ya.. entahlah... *bingung aja ada kejadian macam begitu :p*

 

[Random Snippets Kitchen] Banana Fancy Free

Ini resep ketigaku dalam rangka ikutan lomba masak yang diadakan Mba Vina disini. Sempat mau bikin "Sour Cream Muffins with Dried Parsley", soalnya penasaran sama rasa gurihnya itu. Dalam bayanganku pasti enak banget. Tapi, apa mau dikata. Bahannya, terutama yang dried parsley cuma bisa dibeli di supermarket langganan yang jauh dari rumah, dan adekku yang lagi mbonceng aku dengan motornya, dan kebetulan melewati supermarket itu, ternyata gak mau mampir walaupun sebentar kesitu (alasannya dia gak mau menunggu)...hiks. Sedangkan waktu sudah meppeett banget, deadline hari ini! (masa cuma bikin dua resep sih? walaupun belom tentu menang, tapi paling gak, gak akan kena dis juga udah bikin aku seneng). Jadi, yang paling memungkinkan dicoba dan cepat adalah resep ini : Banana Fancy Free.

Setelah adekku gak mau mengantarku ke supermarket yang kutunjuk, segera aku minta dia mengantarku ke tempat jual pisang ambon, dan dia membawaku ke pasar tradisional terdekat, dimana tempat kios pisangnya bisa terlihat oleh adekku dari jauh, jadi kalau aku agak lama beli pisangnya, dia bisa langsung memanggilku supaya cepat pulang...hihi :p 

Gak ada yang diganti atau dirubah dari resep ini, hanya aku tambahin sedikit susu kental manis coklat didalamnya, jadi tambah manis. Minuman ini jadi menu berbuka puasa kami sore ini. Alhamdulillah, rasanya enaakk...^_^

BANANA FANCY FREE

Bahan :

- 3 buah pisang ambon

- 350 cc susu cair

- es serut atau es batu yang dihancurkan kecil-kecil

- sedikit (1-2 sendok makan) susu kental manis coklat

Cara membuat :

- Campurkan pisang ambon, susu cair, es serut dan susu kental manis coklat, kemudian diblender hingga halus.

- Siapkan gelas yang bagian dalamnya diberi susu kental manis cokelat sambil diputar gelasnya, hingga permukaan gelas berwarna cokelat.

- Tuang adonan pisang ke dalam gelas yang telah disiapkan.

- Siap diminum.

 

Friday, 12 August 2011

Arafah Bazaar, 13 Agustus 2011




Frens, Sabtu ini Shafaa Craft bekerjasama dengan Calyx ikutan bazaar Arafah.
Tempat di Gedung Theater Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta.
Jam 9.30 - 15.00.
Ayoo...datang yaa... ^_^

Salam,
Samsiah

Wednesday, 10 August 2011

[help me] ada yang tau gak kalo dari terminal blok M ke jalan Wijaya 7 (bakmi GM), naek angkot nomor berapa yaa..^_^

Biji Salak Ungu


sama enaknya ^_^

Maaf... Ini bukan mau ngikutin trend yang lagi serba ungu, tapi ini gara-gara yang jual (seorang nenek) yang lagi gak konsentrasi ngambilin ubi yang masih di dalam karung (cari karungnya juga pake acara tebak-tebak buah manggis :p), jadi gak begitu jelas yang dikasih ternyata bukan ubi merah, tapi justru ubi ungu. Ditambah si pembelinya juga lagi sama-sama kurang awas matanya (efek laper.. :p).
Baru sadar sewaktu udah sampai rumah, dan ngeliat air rebusan ubinya berubah ungu pekat... Tapi, apa boleh buat, udah niat mau bikin biji salak, gak ada ubi merah, ubi ungu pun jadi.. Malah jadi ikut trend nih biji salak, warnanya jadi unik. Rasanya juga sama enaknya kok.. percayalah ^_^

Churros Bunda


Description:
Ini resep dapet dari blognya Bunda Zidan & Syifa (semoga jadi amal jariah bunda^_^) disini : http://dapurbunda.blogspot.com/2005/09/churros-bunda.html
Udah pernah bikin dan ketagihan. Apalagi bikinnya juga gampang, cepat dan rasanya enak. Aslinya ditaburin gula halus, tapi kalau yang suka coklat, bisa aja dicocol pake coklat cair...nyaamm... Buat buka puasa juga enak lho... ^_^

Ingredients:
- 100 gr tepung terigu
- 100 gr margarine/butter
- 200 ml air
- 2 butir telur ayam
- 1/2 sdt garam

Bahan taburan :
- 5 sdm gula bubuk
- 1 sdt kayumanis bubuk

Directions:
1. Didihkan air, margarine/butter dan garam
2. Kecilkan api, lalu masukkan tepung terigu, aduk sampai kalis. Angkat
3. Tunggu sampai asap panas hilang, masukkan telur, aduk terus sampai adonan licin.
4. Masukkan ke dalam piping bag
5. Semprot panjang-panjang di atas minyak panas
6. Goreng sampai kuning kecoklatan
7. Angkat. Tiriskan
8. Taburi dengan campuran gula bubuk dan kayumanis bubuk. Hidangkan.

Tips :
pada saat tepung masuk, adonan akan memberindil, jangan ragu, aduk terus sampai rata.
- begitu pula pada saat telur masuk, adonan akan terpisah-pisah, aduk terus sampai licin.
- supaya semangat, jangan lupa sambil nyanyikan lagu maju tak gentar sambil mengaduk adonan (ssstt..ini kata bunda lho, bukan kata saya... cek aja blognya klo gak percaya...hehe)

btw... foto di atas churros hasil bikinan saya, berhubung saya kurang suka bentuknya panjang, jadi waktu lagi digoreng, langsung dipotong-potong :p

[Random Snippets Kitchen] Cheesy Tofu Ball

Ini resep kedua dalam rangka mengikuti lomba di tempatnya Mba Vina. Walaupun hampir telat (entah diperpanjang atau gak ya jangka waktu lombanya? *garuk2 kepala*), tapi biar aja, yang penting saya happy bikinnya. Ditambah waktu itu bikinnya gak dirusuhin sama keponakan-keponakan *yess!*... Makanya, hasilnya lebih baik daripada praktek resep yang pertama :p.

Sebenarnya di resep asli Mba Vina, salah satunya pakai lada hitam, tapi berhubung gak dapat lada hitam, jadi saya ganti dengan merica. Terus, seharusnya pakai tepung panir, tapi karena persediaan di rumah yang ada tepung tempura, ya akhirnya pakai tepung tempura untuk membungkus bola-bolanya... Hasilnya? mantaapp... Berhubung bulan puasa, jadi cheesy ball ini disantap untuk menu berbuka puasa.. ^_^

Bahan :

- 250 gr ayam cincang

- 5 buah tahu cina ukuran kecil (beratnya 400 gr), hancurkan

- 100 gr keju cheddar, parut

- 5 siung bawang putih, diulek

- 1/2 sdt garam

- 1/4 sdt merica

- 1 butir telur

Bahan panir :

- 2 gelas tepung tempura

- 2 butir telur, kocok lepas

 

Cara Membuat :

 

1. Di mangkuk besar, tahu, keju dan bawang putih, dijadikan satu. Aduk sampai rata.

2. Masukkan dagina ayam, telur, garam dan merica.

3. Aduk semua bahan sampai rata.

4. Ambil sesendok adonan, bentuk bulat-bulat

5. Gulingkan di tepung tempura, masukkan ke kocokan telur, terakhir gulingkan lagi di tepung tempura.

5. Goreng sampai kuning kecoklatan (minyaknya panas sedang).

6. Siap dihidangkan, bisa dimakan pake nasi, saus sambal atau cabe rawit... enakk..

 

 

 

Wednesday, 3 August 2011

[Puasa Pertamaku] Menunggu Tukang Es

Siang itu matahari bersinar begitu teriknya. Jarum jam di dinding rumahku menunjukkan ke angka dua belas. Aku tahu, setiap sore pedagang es balok akan datang berkeliling menjajakan jualannya, tapi hari itu, di tengah hari yang panas, dengan semangat aku sudah bersiap-siap menunggunya di pinggir jalan. Kenapa tukang es balok harus ditunggu? Karena pada saat itu, belum banyak orang yang punya kulkas. Mungkin baru satu atau dua orang tetangga yang punya kulkas.

Ku duduk di depan teras rumah tetangga yang kebetulan rumahnya di pinggir jalan. Hhmm... Masih sepi, belum ada orang satupun selain aku yang menunggu tukang es itu. Biasanya aku menunggu bersama teman sebayaku, atau bersama dengan ibu-ibu lain. Jadi siang itu aku duduk sendiri, di pinggir jalan, di teras tetangga. Duh panasnya. Sebentar-sebentar aku meludah, karena pernah ada temanku yang bilang, menelan ludah sedikit saja akan membatalkan puasa. Dan aku tidak mau puasaku batal.

Meludah terus menerus (kalau difikir sekarang, ih joroknya ) membuat ternggorokanku menjadi benar-benar kering. Walaupun tenggorokanku menjadi sakit dan benar-benar haus, tapi aku merasa puas. Ini puasa pertamaku. Dan aku tidak ingin gagal di puasa pertama. Aku tidak mau kalah dengan temanku yang lain. Mereka juga pasti menjalankan puasanya hari ini masing-masing di rumah mereka. Dan mereka nantinya pasti akan menceritakan bagaimana puasa mereka pada saat kami masuk sekolah kembali. Ya, selama sebulan ini kami memang mendapat libur. Itu yang dikatakan bu guru waktu itu. Jadi nanti kami kembali bersekolah setelah lebaran.

Aku terus menunggu tukang es di tempat itu. Jangan salah, es itu bukan untuk diminum siang hari. Ingat! Aku kan puasa. Es itu nanti akan dicampur sirop rasa pisang ambon yang warnanya merah, atau rasa pala, yang warnanya hijau, kemudian diminum pada saat berbuka. Dan yang paling enak waktu itu adalah sirop merk Sarang Sari. Tapi sayangnya sirop itu masih mahal bagi kami, makanya sirop sarang sari hanya bisa dibeli sekali saja dalam sebulan. Sirop itu begitu istimewa. Paling top di antara sirop yang lain. Dengan aroma vanilla-nya yang menyeruak, dan manisnya yang tak berlebihan, membuat hilang segera dahaga kami tanpa meninggalkan sisa kekeruhan menempel di gelas. Segarnya. Glek! Tiba-tiba aku menelan air liurku. Sambil duduk sendiri, ternyata aku jadi membayangkan enaknya rasa sirop itu. Tapi ah... aku gak boleh membayangkan sirop. Aku lagi puasa.

Aku kembali tersadar. Ternyata aku masih sendiri di pinggir jalan itu. Mungkin semua orang sedang tidur siang. Atau mungkin sedang malas keluar rumah, akibat panasnya matahari yang membakar. Lama kelamaan aku jadi bosan. Akhirnya aku kembali pulang.

Di rumah aku segera berbaring di lantai. Lumayan. Lantai yang disebut bapak "ubin teraso" ini sangat mendinginkan badanku. Walaupun bapak sering memarahiku untuk tidak tidur di lantai, karena khawatir terkena paru-paru basah (dalam fikiran kanak-kanakku, aku bingung dengan yang disebut bapak "paru-paru basah", apakah paru-parunya jadi berair? hhmm... tak fahamlah), tapi aku tak peduli. Hari ini aku puasa, badanku lemas dan aku tak mau batal. Aku ingin badanku segar.

Jadi aku terus berbaring, walaupun aku tak bisa tidur. Kulihat jam di dinding. Bergerak lambat. Aku bingung mau ngapain lagi. Bosan. Tak mungkin aku main ke rumah teman. Mereka juga pasti sedang lemas-lemasnya. Dan pasti malas bermain.

Ku tengok emak yang ada di dapur. Bau kolak sangat menggoda. Tapi aku cuma mengintip. Tak berani mendekat. Khawatir jadi lapar. Aku segera keluar dan berjalan berkeliling ke rumah tetangga. Sepi. Tak ada orang. Semua di dalam rumah masing-masing. Hiks... siang itu aku jadi anak yang gak jelas juntrungannya. Malang melintang sendirian, dengan tenggorokan yang kering dan perut keroncongan, tak karuan. Akhirnya aku kembali ke rumah, dan melanjutkan berbaring telungkup, mirip cicak di dinding (diam tapi tak merayap).

Beberapa jam kemudian, sore menjelang. Kufikir sudah waktunya aku kembali keluar, menunggu abang penjual es balok. Dan kebetulan emak pun menyuruhku keluar mencegat si abang. Sewaktu aku kembali ke tempat semula, sudah ada beberapa temanku dan ibu-ibu yang juga menunggu si abang. Biasanya kalau si abang muncul, kami sudah dapat melihatnya dari jauh, kelihatan berjalan dengan gerobaknya. Tapi waktu itu si abang belum kelihatan batang hidungnya (apalagi gerobaknya ). 

Pffyuuhh... rupanya hari itu si abang agak lambat datang. Mungkin juga karena hari pertama bulan puasa, jadi si abang belum terbiasa mengantar kembali pasokan es yang lebih banyak dari biasanya buat para pembelinya. Sambil menunggu kami pun mengobrol. Saling meledek dan menggoda, mencandai kira-kira siapa hari itu yang sudah batal puasanya. Tapi aku merasa bangga, karena sampai sore itu aku belum batal.

Sedang asyiknya kami mengobrol, tiba-tiba seorang ibu yang juga sedang menunggu, berteriak keras,"Ituuu.... si abang udah dateng, ayoo!!", kami pun menoleh sesuai petunjuk si ibu. Dari kejauhan, terlihat abang mendorong gerobak es baloknya, dengan susah payah. Rupanya wilayah kami adalah tempat yang pertama harus didatangi si abang, jadi tentu saja es baloknya masih lengkap (sampai sekarang, masih ku ingat wajahnya si abang, dengan topinya...hihi). Bagaikan melihat oase di padang pasir, begitu girang kami melihat si abang. Wajah kami jadi berseri-seri, kami pun segera menghampiri dan mengerubunginya. Dan dengan besi panjang si abang segera membelah es balok dan memotongnya jadi kecil sesuai permintaan kami. Melihat kesegaran es balok yang sedang dibelah, hausku bertambah-tambah. Terbayang lagi sirop rasa pala yang hijau. Segarnya dicampur es balok. Glek! Aku menelan air liur lagi. Segera kuserahkan uang yang diberikan emak untuk membeli es, dan segera pulang setelah kudapatkan es yang kuminta. Sambil melompat-lompat girang macam kelinci, aku membawa es itu dan menyerahkannya pada emak.

Adzan maghrib tinggal sebentar lagi berkumandang. Sambil menunggu-nunggu aku bermain di depan rumah. Kebetulan di tempat itu juga sedang berkumpul ibu-ibu lain yang sedang mengobrol. Mereka saling bertanya-tanya tentang puasa anaknya, maupun puasa dirinya sendiri. Ku ingat sekali, waktu itu ada salah seorang tetangga, namanya Tante M, dia menanyakan padaku,"Iah, puasa gak?" Aku pun mengangguk mengiyakan. "Belum batal sampai sekarang?" Aku pun mengangguk lagi... Tante M berkata lagi,"Wah hebat ya Iah, masih kecil aja udah puasa sehari penuh"... Mendengar itu aku tersenyum bangga, senyum kemenangan anak umur enam tahun yang baru pertama kali puasa.

Duk..duk... duk.... bunyi beduk dipukul, tanda adzan Maghrib. Itu juga tanda waktunya berbuka puasa. Dengan hati senang, aku segera meneguk es sirop rasa pala warna hijau yang sudah terbayang sejak siang tadi. Betapa senangnya, saat berbuka. Rasa haus dan lapar yang merongrong sejak siang, terganti dengan segarnya es dan enaknya kolak yang dibuat emak. Dalam hati, aku besok mau puasa lagi. Dan harus kuat. Puasa hari pertama aku kuat, dan harus kuat juga puasa selanjutnya. Ehhmm... dan besok aku mau nunggu tukang es balok lagi

*Ditulis untuk diikutkan pada lomba menulis di sini*

Sunday, 31 July 2011

Belajar Membuat Bros




Ahad pagi, asyiknya ngumpul-ngumpul sambil membuat bros aklirik. Alhamdulillah, yang diajarin pinter-pinter (aku cuma ngajarin awalnya aja), jadi hasilnya cantik-cantik.. Semoga bermanfaat ilmu yang didapat...^_^

Friday, 29 July 2011

Cuma mau Cerita...Keramas

Sore itu, saya hendak mencuci rambut. Yah, sudah lengket rasanya rambut ini. Berminyak dan lepek. Maka, berbekal shampoo kemasan berenteng yang saya beli beberapa hari sebelumnya, merk langganan saya, dengan bungkusnya yang berwarna merah campur putih, saya pun ke kamar mandi. Seperti biasa, saya basahi terlebih dahulu rambut. Kemudian, saya sobek kemasan shampoo tersebut, menuangkan cairan putih yang ada di dalamnya ke telapak tangan dan memberi air sebagai campuran. Kemudian campuran itu saya gosokkan ke kepala. Hmm... gak berbusa. Pasti ini karena rambut saya memang benar-benar kotor. Tapi saya baru dua hari yang lalu keramas juga. Dan reaksinya sama, shampoo yang saya pakai tidak menimbulkan busa. Ooohh, iya... biasanya sesuai anjuran yang tertulis di kemasan, kita harus mengulang keramas dua kali, baru yang kedua biasanya berbusa. 

Ok... saya pun membilas rambut, kemudian mengoleskan kembali shampo yang dicampur air. Reaksinya? Sama, shampo ini tak mengeluarkan busa. Sambil menggosok-gosok rambut, saya berfikir dalam hati, apa saya sudah membeli shampo yang kadaluarsa? Hmm... ketipu dong... Sebel sendiri...

Sambil rambut masih lengket dengan shampo, saya coba cek tanggal kadaluarsa... gak ada tulisan kadaluarsa... Saya bolak balik bungkus shampo, saya baca bagian depannya.... Di situ tertulis "conditioner"... *Gubrak! cengar cengir sendiri di kamar mandi* Hyaahh... Rupanya sudah dua kali saya keramas dengan conditioner, pantas saja, dua hari yang lalu juga gak berbusa juga..

Pesan moral : Teliti sebelum membeli...

Bingkisan Menjelang Ramadhan




Tadi pagi, setelah menghirup segelas air dingin yang berhasil membuat saya menjadi sejuk (di kepala dan di hati), setelah berkutat dengan kemacetan, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sapaan seorang teman. Tak hanya menyapa, tapi dia juga membawa sebuah bungkus plastik yang isinya ternyata, seperangkat alat sholat *dibayar tunai...hihi :p*, yaitu mukena dan sarungnya, ditambah postcard kartun bergambar. Ternyata itu titipan pemberian salah satu boss saya, dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Yeaah...senangnyaaa.... Dan yang sangat menarik perhatian saya adalah postcard yang disertakan bersama bingkisan itu. Gambarnya lucu, gambar boss bersama anggota keluarganya dengan desain karikatur, ditambah puisi. Unik.

Isi puisinya :
Jika semua harta adalah racun, zakat lah penawarnya
Jika seluruh umur adalah dosa, tobatlah obatnya
Jika seluruh bulan adalah noda, ramadhanlah pemulihnya
Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan 1432 H
Mohon maaf segala kesalahan lahir dan bathin..

Segera setelah menerima bingkisan itu, saya segera menghampiri ke ruangan beliau dan mengucapkan terima kasih ^_^.

O iya, menyambut bulan ramadhan ini, saya juga mau mengucapkan mohon maaf lahir bathin, suka komen yang macam-macam di lapak orang, bisa jadi menimbulkan kesalahan... jadi mohon dimaafkan yaaa...
Juga saya berharap semoga ibadah kita di bulan ramadhan, lancar dan sukses, dan yang paling penting diridhoi Allah SWT.. Amiiin...
Selamat Menjalankan ibadah Ramadhan..
Semangaatt!!

wassalam,
iah

Thursday, 21 July 2011

Dikejar-kejar



Sekedar mengenang masa lalu. Bukan mau ge-er ya, tapi entah apa sebenarnya yang membuat orang selalu mengejarku (dalam arti yang sebenarnya). Mungkin karena wajahku yang dulu terkesan seperti orang gak berdaya/mudah ditindas (sampai pernah berdo'a Ya Allah, tolong bikin wajahku jadi keliatan galak, supaya orang-orang jadi takut...hihi..). Atau mungkin karena waktu kecil aku ini berbadan kecil di antara teman sebaya. Sampai rasanya capek sendiri.


Pengalaman pertamax, waktu itu aku baru mau masuk di kelas satu Sekolah Dasar. Ada seorang tetanggaku, sebutlah namanya Z, usia sebaya denganku, tapi dia beda sekolah. Dia masuk siang, sedangkan aku masuk pagi. Walaupun kami bertetangga, aku gak dekat dengannya. Pasalnya, si Z itu anak yang lumayan nakal, sering menjahili teman, dan aku gak suka dengan anak yang jahil. Nah, kejahilan si Z ternyata juga menimpaku. Ketika aku berangkat sekolah (sekolah gak dihantar ortu loh... mandiri je..^_^), dia pasti menghadang jalanku. Sambil merentangkan tangannya Z  berkata galak,"Hayoo, mau kemanaaa?" Setiap aku berlari ke sisi lain, dia mengikutiku sambil terus merentangkan tangannya. Begitu terus. Diperlakukan begitu, aku jadi ketakutan, berlari menghindar, dia pun mengejarku sampai aku lari terpontang-panting dan dia gak bisa mengejarku lagi. Kalau difikir sekarang, untuk anak sekecil aku dan dia, padahal jalannya kan lebar, kalau mau bisa aja aku lari dan gak perlu ketakutan begitu. Yah, namanya juga anak-anak. Begitulah, hampir setiap hari, Z selalu menunggu di jalan, sebelum aku berangkat sekolah. Menunggu hanya untuk menghadang jalanku dan mengejarku, sampai akhirnya dia bosan sendiri (tahulah aku darimana hobi lariku ini...hihi..). Dan herannya, orang dewasa yang ada di sekitar yang melihat perbuatan Z, bukannya menolongku, tapi justru mentertawakan, atau hanya basa-basi mengomel sekedarnya pada Z. Padahal waktu itu aku benar-benar tertekan dengan sikap Z.

Pengalaman keduax, sewaktu aku baru masuk di kelas dua Sekolah Dasar. Aku yang sebelumnya di kelas satu dan masuk pagi, kini di kelas dua harus masuk siang, dan berbeda suasana dan juga kakak kelas. Kalau kakak kelasnya baik gak apa-apa. Tapi ini, ada kakak kelas di kelas empat, yang hobinya mengejar-ngejar adik kelasnya. Namanya Juli, bocah lelaki berbadan gemuk dan besar dibandingkan anak-anak sebayanya. Dialah yang hobi mengejar adik kelas setiap hari sebelum bel masuk berbunyi. Jadi selama beberapa bulan di awal caturwulan (kalo gak salah, dulu nyebutnya begitu, bukan semester), aku dan beberapa teman-teman perempuan harus sport jantung. Olahraga menjelang siang, lari-lari menelusuri jalan kampung di sekitar sekolah kami, kalau tidak mau ketemu Juli dan kena kejahilannya. Jadi, setiap hari, ketika baru sampai kelas, dan hanya sempat meletakkan tas, aku dan teman-teman langsung kabur, untuk menghindar kejaran Juli. Kalau bel masuk sudah berbunyi, dengan jantung berdebar hebat dan keringat bercucuran, kami mengendap-endap menunggu Juli masuk kelas dulu, baru kami mengikuti. Duh capeknya..

Pengalaman ketigax. Ini juga sewaktu aku masih SD. Tahu kan kalau zaman dulu (duluuu banget...hihi..), masih ada tukang minyak yang jualan keliling kampung. Nah, salah satu tukang minyak yang biasa keliling di lingkungan rumahku, namanya Bang Jojon. Rambutnya panjang sebahu, dan dia selalu memakai topi yang mirip koboi.. Dia juga salah satu orang yang sering mengejarku. Sambil mendorong gerobak minyak, kadang-kadang dia memukul salah satu drum minyaknya, sehingga menimbulkan kebisingan. Mungkin maksudnya hanya iseng menakut-nakuti anak-anak. Tapi herannya hanya aku yang dikejarnya. Setiap kali terdengar suara bang Jojon,"Minyakk...minyaaakk..." hatiku mengkeret. Ditambah orang-orang di sekitarku justru menambah ketakutanku dengan bilang,"Iah awas ada Jojooon", atau bilang,"Bang Jojon.... ada Iah nih!"... tambah deg-degan jantungku.. Dan dengan garangnya (dalam pandanganku waktu itu....hehe), Bang Jojon pun mengejarku sambil memukul jerigen minyaknya)... (huh! bukannya melindungi, malah disodorin...sebel :(
Jadi, setiap aku keluar rumah, aku selalu waspada, kalau-kalau bertemu Bang Jojon di jalan.. Hiks...takut dan capeekk... (Btw, waktu aku sudah SMA terdengar kabar bahwa Bang Jojon sudah meninggal, semoga amal baiknya diterima Allah....amiin ^_^).

Pengalaman keempax, ketika aku bertemu orang di salah satu toko buku terkenal. Waktu itu dia adalah salah satu karyawan toko tersebut dan bertugas di bagian penitipan barang. Usianya kira-kira lebih tua tiga tahun di atasku. Awal mula ketemu ya pas aku ke toko buku tersebut dan menitipkan belanjaanku padanya. Seperti biasa, sekedar basa-basi, aku tersenyum mengucapkan terima kasih padanya ketika selesai dari toko buku dan menerima kembali belanjaanku. Tak dinyana, mungkin karena aku terlalu ramah, dia jadi bertanya macam-macam (pesan moral : makanya jangan senyum sembarangaaannn sama orang asing). Tanya nama, alamat, kerja dimana, de el el. Dan dengan tanpa curiga serta polosnya, aku menjawab semua pertanyaannya, termasuk aku pulang jam berapa dan naik kendaraan apa (so stupid!). Aku mendiamkannya waktu dia bilang mau main ke rumahku. Mulai curiga.
Ketika waktunya aku pulang kantor, aku sudah siap menunggu bus di tempat biasa, dan naiklah aku ketika bus itu sudah datang. Waktu itu aku duduk di paling belakang. Bus belum terlalu penuh, tapi tempat duduk telah terisi semua, jadi kami yang duduk paling belakang bisa melihat penumpang yang duduk di depan. Ketika tanpa sadar aku mengamati penumpang, jantungku deg-degan. Ternyata salah satu penumpang itu adalah karyawan toko buku yang tadi siang kutemui, padahal busku bukanlah rute yang harus dia tempuh untuk pulang. Hiiii...mengkeret hatiku. Terlebih ketika dia menoleh kebelakang dan melihatku dengan senyumnya yang justru menakutkan. Cepat-cepat aku berfikir, bagaimana cara menghindarinya. Ketika dia menoleh ke depan lagi, tepat di salah satu persimpangan jalan, dengan diam-diam aku turun dan segera naik kendaraan lain yang bukan ruteku, supaya dia tidak bisa mengikutiku lagi. Hari itu, aku pulang agak malam, mampir dulu di salah satu masjid yang sepi, sampai waktunya shalat Isya, khawatir masih diikuti olehnya kalau langsung pulang ke rumah... Hiks..... menakutkan.. Sejak saat itu, aku gak pernah berani mampir ke toko buku itu lagi, sampai kuketahui bahwa dia sudah keluar, gak kerja lagi disitu, baru aku berani ke toko itu.. Pyuhhh... Legaaa...


Kelimax.... waktu aku dikejar ayam... cerita soal itu, bacanya disini aja yaaa... Mau istirahat dulu, capek lari-lari terus daritadi.. ^_^

Pssstt : gambar di atas ngambil dari sini

Jangan mengagumi amal perbuatan sampai ia menyelesaikan yang terakhir. (HR. Ath-Thabrani dan Al Bazzar)

gelang cherry




Assalamu 'alaikum,
Anty, gelangnya udah jadi... seperti ini... tadinya mau pake benang cherrynya, tapi ternyata berantakan...hehe... benangnya copot2. daripada ngambil resiko nantinya jadi hancur cherrynya :p, akhirnya pake flanel juga... trus batunya juga tadinya mau pake mutiara air tawar, tapi gak bisa krn lubangnya kecil utk bisa dimasukkan karet, jadi diganti batu kayak semacam giok... gimana? suka gak? ^_^

IWJC-Indonesia Wire Jewelry Community




Sunday, 17 July 2011

[Random Snippets Kitchen] OREO Mini Cheesecake

Sebagai penyuka makanan apa aja, (kecuali buah kesemek :p... karena rasanya tanggung, manis gak, asem juga gak, trus tekstur buahnya kok kayak bit ya?? ditambah lagi buah ini selalu pakai bedak...iihh buah yang genit...hehe... eh..malah ngelantur ke kesemek...maap :p), tentunya saya juga sangat menyukai coklat dan keju. Makanya, begitu ada lomba masak yang diadakan mba Vina di sini dan diantaranya ada resep Oreo Mini Cheesecake ini yang memadukan rasa coklat dan rasa keju, saya langsung mantap memilih resep ini sebagai resep yang pertamakali akan dicoba...

Di resep ini saya pakai 14 buah Oreo (di resep pakai 12 buah), karena sewaktu adonan sudah dituang semua, ternyata masih ada kelebihan, makanya saya tambah lagi 2 buah dan yang dua itu pakai loyang muffin yang terpisah, jadi total pake dua loyang (gak penting banget ya jelasin soal ini? *garuk2*).

Bikinnya agak-agak riweh, pasalnya keponakan saya, Shafaa, sempat ikut-ikut mau bikin juga, plus tanya macam-macam... Pertanyaan semacam,"Apa tu ni?" (dia menyebut kata "apa itu apa ini" menjadi "apa tu ni" ^_^) terus keluar dari mulutnya, membuat saya agak pusing menjawab pertanyaan-pertanyaannya, dan jadi gak terlalu konsentrasi (beuh..gayanya :p) dalam pembuatan kue ini. Akibatnya, gula pasir yang seharusnya 1/2 cup, sempat saya takar jadi 1/4 cup. Untung saja pada waktu mengocok saya langsung cek lagi resep dan saya ingat baru menakar 1/4 cup, jadi tinggal ditambah kira-kira berapa sendok supaya jadi 1/2 cup.

 

Pada saat harus menghancurkan Oreo, saya bingung. Dipatah-patahin kurang hancur. Mau diblender takut terlalu hancur. Akhirnya, saya masukkan semua Oreo itu ke dalam plastik, trus diketok-ketok pake ulekan....hihihi... hancurnya sesuai harapan..

Proses pengocokan lancar. Kemudian pemanggangan. Pada saat memanggang, saya baca di resep Mba Vina kalau kue dipanggang 20 menit. Tapi dasar bandel, waktu saya liat di oven adonan sudah mulai naik dan sudah 20 menit, saya berfikir untuk menambah waktu 5 menit lagi. Jadi kue yang saya panggang ini 25 menit, tidak sesuai harapan. Akibatnya kue menjadi agak hangus, dan teksturnya agak padat sedikiiittt, tapi masih tetep lembek, apalagi pas bagian Oreo-nya (lho Oreonya juga udah coklat warnanya ya? :p). Jadi kue saya gak cantik. Gak seperti yang di resep..hiks...

Untungnya, kue itu tetap enaakk... Buktinya, semua suka. Adek saya suka, dia bilang kayak makan es krim. Keponakan saya, Danish, yang susah makan, ternyata suka juga. Apalagi Shafaa... Alhamdulillah, berarti termasuk berhasil menurut saya, walaupun agak gosong...hihihi... *ngeles*. Ya sudahlah, gak apa-apa, lain waktu mau coba lagi, yang gak hangus ^_^. Terima kasih Mba Vina, udah berbagi resepnya

Ini dia resepnya : OREO Mini Cheesecake

Bahan-bahan :

14 buah OREO Cookies, dibiarkan utuh

3 buah OREO Cookies, dihancurkan
1/2 cup gula pasir
250 gr cream cheese (suhu ruangan), saya pake merk Yummi (ketemunya itu di supermarket)
1/2 sdt vanilli bubuk

2 butir telur ukuran besar, dikocok lepas
1/2 cup yogurt plain

sedikit garam (seujung sdt aja)


Cara membuat :

1. Panaskan oven 150 C (275 F). 

Letakkan paper cup diatas loyang muffins (Cetakan muffin umumnya 12 lubang, saya pake Oreo 14  buah jadi dua loyang, nanggung ya?).
Tata biskuit OREO pada masing-masing cup.

 

2. Dengan mixer kecepatan medium, kocok cream cheese sampai halus.
Tambahkan 1/2 cup gula, kemudian vanilla.
Tambahkan telur yang sudah dikocok ke dalam mixer yang tetap menyala

3. Tambahkan yoghurt plain dan garam. Masukkan kremesan OREO, aduk rata. Tuang adonan ke dalam muffin cup sampai hampir penuh.

 

4. Panggang sampai bagian pinggirnya mengeras tapi bagian tengahnya masih agak lembek, sekitar 20 menit. Dinginkan diatas rak kawat beserta loyangnya. Bungkus loyang dengan plastik, masukkan ke kulkas sampai dingin (di resep mba Vina, disimpan di kulkas 4 jam atau semalaman, tapi saya, asal udah dingin langsung dimakan, gak sabaran mau nyoba ). 

5.  Keluarkan kue dari loyang, dan lepaskan cake dari wadahnya.
Tata mini cheesecake diatas piring dengan membaliknya, sehingga bagian atas berada dibawah dan biskuit OREO keliatan.