Menyambung cerita resepsi pernikahan ustazah Halimah, seperti janjiku. Pagi itu hujan turun dengan derasnya. Begitu derasnya sampai seolah-olah air tertumpah dari langit (kalau saja aku keluar tanpa paying, pasti seolah diguyur air seember…hehe.. lebay? Gak kok, suerr… emang begitu). Aku berfikir dalam hati, “Duh, gimana nih?” Rencana datang ke resepsi pernikahan ustazah Halimah hari ini bisa batal kalau hujan terus begini.”
Akhirnya aku pasrah aja, ya lihatlah nanti, mudah-mudahan pas waktunya berangkat kesana hujan sudah berhenti. Jam Sembilan pagi, hujan masih turun dan tetap deras. Aku janjian dengan teman untuk berangkat sama-sama jam sebelas siang nanti, masih cukup lama. Sementara menunggu waktu itu, aku sesekali browsing, sempat juga ke warung terdekat buat beli sabun cuci. Walaupun sudah menggunakan payung, bagian bawah bajuku tetap basah karena derasnya hujan hari itu. Aku berfikir lagi, "Wah bisa batal nih ke tempat ustazah..hiks.." *pesimis*
Tapi setelah menunggu beberapa lama, hujan akhirnya reda juga. Bahkan cuaca yang tadinya diguyur hujan deras, tiba-tiba berubah drastis. Matahari yang semula bersembunyi, kini menampakkan sinarnya yang terang dan hangat. Alhamdulillah . Bergegas aku segera menyiapkan diri untuk berangkat. Perjalanan dari rumah ke tempat aku janjian dengan mba Yuni lumayan lancar, padahal biasanya macet (walaupun hari Sabtu). Ketika aku sampai, ternyata mba Yuni sudah menungguku di tempat yang telah disepakati. Setelah itu kami segera berangkat menuju ke tempat acara.
Singkat waktu akhirnya kami sampai di sana. Selain dengan mba Yuni, aku juga janjian dengan mba Naya. Jadi ketika kami tiba di tempat resepsi, mba Naya sudah menunggu kami di depan gerbang untuk kemudian kami masuk bersama-sama.
Ketika kami di sana, sudah banyak undangan yang hadir. Acara resepsi berlangsung di rumah paman ustazah. Suasana acara resepsi begitu khidmat, santai, dan akrab. Seperti ceritaku sebelumnya, acara ini dikhususkan untuk undangan perempuan (undangan laki-laki datang di jam sebelumnya dan waktunya telah berakhir satu jam sebelumnya). Namun begitu ternyata masih ada sedikit undangan laki-laki yang datang yang ditempatkan di ruang bagian depan. Aku berfikir, oh mungkin undangan laki-laki tersebut adalah suami dari undangan perempuan… kasian juga kan kalau harus menunggu di luar…hehe… :p
Maka dengan begitu, kami undangan perempuan masuk dari pintu samping, langsung menuju ruang tengah dimana kedua mempelai berada. Ruang tengah itu begitu luas. Disana sudah banyak undangan (semua perempuan) yang duduk-duduk dengan santai di atas karpet-karpet yang terhampar, sambil mereka makan dan berbincang-bincang dengan akrab. Kuperhatikan dari wajah mereka, sepertinya mereka semua satu keluarga besar atau kerabat dekat (ustazah hanya mengundang keluarga dekat dan teman terdekat saja, dan juga murid beliau yang ketika itu diajarkan oleh beliau). Wajah-wajah cantik khas Timur Tengah berseliweran, berbalut kerudung dan gamis indah berwarna-warni. Dan para ibu yang juga cantik, memakai gaun yang indah. Mereka semua nampak menikmati acara.
Sementara tak jauh dari para undangan, kedua mempelai duduk di kursi panjang yang diapit dua vas bunga besar. Ketika aku melihat ustazah, oww…. Subhanallah. Betapa cantiknya beliau. Memakai gamis brokat putih dan hiasan melati di kepalanya, menambah keanggunannya. Tambah cantik. Sementara sang suami memakai kemeja putih yang ditutupi gamis hitam dan topi ala Timur Tengah. Pasangan yang serasi.
Setelah bersalaman, kami dipersilahkan duduk-duduk ditempat yang telah disediakan. Aku dan teman-teman segera mengambil makanan dan mencari tempat yang nyaman untuk makan. Para tamu bebas duduk dimana saja. Ada yang duduk di depan rumah, di samping rumah dan juga di ruang tengah. Kami mencari tempat lain yang lain dari yang lain, jauh dari undangan lain….hehe… Kami duduk di bagian samping paling ujung. Dan kebetulan ketika itu seorang ibu memanggil kami untuk duduk di bagian belakang rumah yang ternyata ada terasnya. Tempat ini ternyata yang paling strategis dan nyaman. Hanya kami bertiga disana. Di depan kami terhampar taman dan lahan berumput yang lumayan luas untuk anak-anak bermain bola dan berlari-lari. Angin bertiup sepoi-sepoi. Dengan lantunan suara Maher Zein (yay! my favorit singer….hehe..) dan diselingi dengan irama padang pasir yang dinyanyikan secara live namun tidak berlebihan (gak pake teriak-teriak, dan lagunya beda lho…), menghibur para undangan, menambah suasana tambah menyenangkan.
Sambil makan dan memperhatikan anak-anak yang sedang bermain bersama ibunya, aku, mba Yuni dan mba Naya, mengobrol ngalor ngidul.. Tentang hafalan kami, tentang keluarga, dan lainnya. Asyik sekali. Saking asyiknya tak terasa kami sampai nambah lagi makannya…haha… dua ronde.. ronde kedua aku makan pudding, mba Naya ngambil soto mie, dan mba Yuni makan somay. Kami balik lagi ke tempat semula. Makan lagi…hehe… Duh enaknya (berbeda dari suasana di tempat lain dimana undangan makan terburu-buru dan kita tidak bisa duduk dengan santai). Jadi betah. Saking betahnya, tak terasa kami sudah hampir satu jam di sana. Kalau tidak mengingat bahwa mba Naya berjanji pada anaknya untuk pulang sesuai waktu yang dijanjikan, pasti kami masih akan disana lebih lama lagi, menunggu sampai acara selesai.
Akhirnya kamipun pamitan pada ustazah untuk pulang. Sebelum itu kami meminta izin untuk mengambil foto beliau, buat kenang-kenangan. Berhubung tidak ada fotografer khusus yang ambil foto, makanya kami minta izin dulu sebelum mengambil gambar beliau, kalau-kalau tidak diijinkan. Senangnya, ternyata beliau mengijinkan. Tapiiii, maaf fren, gambarnya tidak dapat kuupload disini yaaa… khawatir beliau tidak berkenan. Pokoknya udah dikasih tau kan kalo ustazahku itu cantiiikk…hehehe…
Setelah bersalaman dan pamitan, kamipun pulang dengan hati senang. Dan aku melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya, menengok temanku yang baru habis melahirkan. ##
sepertinya sekarang di Indonesia lagi musim nikah ya, banyak undangan dimana mana
ReplyDeletebetul mba... hampir tiap minggu selalu ada yang nikah :)
ReplyDeleteasik dong, berarti sering dapet rejeki makan gratis :)
ReplyDeletetapi aku suka sebel, orang orang di undangan kawinan kalau makan gak kira kira. main ambil gitu aja tapi nggak diabisin. mubazir.
yah begitulah... :)
ReplyDeleteiya, orang-orang suka gak terkontrol ngambil makakan, semua diambil, ujung2nya gak dimakan, gak bisa mengira kemampuan makannya..
cerita seorg muslimah yg anggun, berilmu dan beraura selalu inspiratif, someday i wish..hehehe! amin
ReplyDeleteamiin...hehe..
ReplyDeleteinsya Allah guruku juga nikah kamis ini :)
ReplyDelete*mba iah, aku mewek baca jurnal sebelum ini, hebat bisa hapal 1 halaman sepekan
barakallah yaa buat gurunya mba tri :)
ReplyDelete*1 halaman blom apa2 mba tri, teman2ku 3 halaman, malah lebih...hiks *bikin iri*...semangat ngapalin yuuk..*
Makasii, laporan pandangan matanya, mb Iah :)
ReplyDeleteKeliatannya walimahan yang lain dari yg lain ya, syar'i dan fun...senang baca mb Iah enjoy acaranya :)
sama2 mba Lia :)
ReplyDeleteiya mba, bener2 fun, kayak bukan kondangan jadinya, nyantai... :D