Start: | Mar 4, '11 10:00a |
End: | Mar 13, '11 |
Monday, 28 February 2011
Islamic Book Fair
Sunday, 27 February 2011
Saturday, 26 February 2011
tadi siang, sewaktu aku udah siap2 buka lappie, seperti biasa shafaa siap2 juga duduk di pangkuanku, minta setel upin ipin.... karena dia harus tidur siang, jadi kubilang, "ipinnya bobo... jadi shafaa bobo juga yaaa...", so diapun tidur... sore ini, aku masih buka lappie... habis mandi dia dtg lagi, sambil teriak2 "ipin bobo"... trus kubilang..."oke, ipinnya udah bangun tidur, boleh liat ipin sekarang..." hehehe :p
Tuesday, 22 February 2011
Sunday, 20 February 2011
Pak Abbas, Guru Matematika-ku
Baru saja aku menonton acara Kick Andi, edisi ulang (sore hari), yang menampilkan beberapa guru yang kreatif. Guru-guru itu menciptakan berbagai metode yang memudahkan muridnya dalam memahami pelajaran, apakah itu di bidang matematika, kimia, bahasa dan sebagainya. Di situ juga hadir pemerhati pendidikan yang juga seorang guru, Bapak Arief Rahman Hakim, sebagai salah satu nara sumber.
Melihat tayangan tersebut, mengingatkanku pada kejadian belasan tahun yang lalu, saat aku baru menginjak kelas tiga sekolah menengah pertama. Tayangan tersebut mengingatkanku pada guru matematikaku, Pak Abbas. Aku tak tahu apakah saat ini masih sama seperti dulu, dimana pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran yang disegani (atau mengerikan? Hehe..). Yup, saat itu, pelajaran yang paling tak kuminati adalah pelajaran matematika. Sebenarnya aku bukannya anti matematika. Tapi saat itu aku masih bergantung pada enak tidaknya cara guru mengajar (namanya juga bocah). Ketika mendapati guru matematika di kelas satu yang mengajar dengan cara yang kurang simpatik, entah kenapa otomatis aku menjadi tak tertarik untuk mengikuti pelajaran matematika (walaupun saat itu aku termasuk ke dalam urutan lima besar di antara seluruh siswa). Tapi tetap, pelajaran itu kuikuti dengan setengah hati, tanpa kesenangan mempelajarinya, dan tanpa ketertarikan.
Begitupun di kelas dua. Justru lebih menyeramkan bagiku. Hampir setiap pelajaran matematika, mungkin jantung kami para siswa (atau Cuma aku? Hihi..) berdegup kencang. Apa pasal? Karena saat itulah, guru kami, yang menurutku beliau hanya mengajar untuk siswa yang sudah mahir matematika saja (tidak menerangkan secara detil), akan memanggil kami secara acak untuk maju ke depan menjawab pertanyaan yang diajukan, setelah beliau menerangkan dengan singkat. Setiap kali bu guru berkeliling kelas dan melewati deretan kursi-kursi kami, jantungku berdegup kencang, khawatir aku yang dipanggil dan mendapat giliran maju ke depan kelas. Setiap kali beliau melewati deretan kursiku, aku berusaha tidak menarik perhatian, pura-pura melihat-lihat bukuku, biar kelihatan sibuk belajar…haha… Dan aku akan bernafas lega ketika pelajaran itu akhirnya berakhir. Begitulah hampir setiap pelajaran matematika. Membuatku jadi agak trauma dan benci matematika. Tapi anehnya, di saat seperti itu, nilaiku tidak terlalu parah juga disbanding teman-temanku….hehe…
Menginjak kelas tiga, sudah dipastikan bahwa seluruh siswa kelas tiga akan diajar oleh Pak Abbas untuk pelajaran matematika. Aku belum pernah tahu tentang Pak Abbas. Yang kudengar desas desusnya dari kakak kelas bahwa Pak Abba situ terkenal galak. Pernah juga sekali waktu aku bertemu Pak Abbas sekelebat saja. Dari raut wajahnya menurutku orangnya tegas, sedikit menyeramkan di mataku saat itu…hehe… ditambah tak ada senyum yang menghiasi wajahnya, tambah takutlah aku. Tambah mengukuhkan pendapatku bahwa Pak Abbas orang yang galak. Mengingat bahwa aku pasti akan bertemu dengannya, ciutlah hatiku. Membayangkan mata pelajaran matematika yang harus kuterima darinya, sementara di kelas tiga aku harus menambah standar nilai matematikaku supaya lebih tinggi, sepertinya pesimis harapanku…hiks… Tapi apa boleh buatlah, semua siswa kelas tiga diajar oleh beliau, mau gimana lagi?
Pertama kali saat pelajaran matematika dimulai, kami (tepatnya mungkin aku…hehe) menunggu Pak Abbas dengan hati tak karuan. Bertanya-tanya akan seperti apakah nanti suasananya? Ketika akhirnya pintu kelas berderit, dan masuklah sosok Pak Abbas, kami semua diam. Beliau tersenyum ramah (alamak, Pak Abbas bisa senyum ternyata!! Hehe…), memperkenalkan diri dan bercerita sedikit tentang keluarganya, untuk kemudian memulai mengajar matematika. Dari uraian beliau, hancurlah semua teoriku tentang sosok Pak Abbas. Ternyata, dibalik wajah yang terlihat sangar itu, beliau memiliki hati yang lembut. Ternyata, beliau adalah orang yang murah senyum dan bersuara sangat lembut. Ternyata beliaulah yang kemudian menjadi salah satu guru favoritku. Ternyata beliaulah yang telah membuat diriku mencintai matematika… Dan ternyata-ternyata lainnya, yang membuatku selalu ingat beliau hingga saat ini.
O iya, kembali kepada alasan kenapa acara Kick Andy itu mengingatkanku pada Pak Abbas?
Tentu saja karena metode dan cara beliau yang mengingatkanku. Aku ingat, pada saat itu, Pak Abbas mengajar kami seperti mengajar anak di sekolah Taman Kanak-Kanak. Dibawanya beberapa gambar sebagai ilustrasi dalam materi penghitungan jarak dan waktu, isi dan volume suatu bangunan, dan lainnya. Diuraikannya seluruh pelajaran matematika dengan kalimat yang pelan-pelan dan jelas. Aku bukanlah tipe pembelajar yang mudah mengerti suatu pelajaran hanya dengan mendengar dan melihat tulisan guru di papan tulis. Aku selalu memerlukan ilustrasi dalam belajar. Aku pembelajar kinestetik. Dan cara mengajar Pak Abbas, sangat cocok untukku, dan juga mungkin untuk hamper seluruh siswa di kelas. Memang mirip seperti mengajar anak TK…hehe… Kawan, andai kau bisa melihat buku pelajaran matematikaku di kelas tiga SMP, pasti akan kau temukan berbagai macam warna spidol dan stabile menghiasi di sana. Pasti akan kau temukan berbagai macam ilustrasi dan gambar, bukan hanya rumus-rumus yang kadang lupa kujabarkan kembali. Kami merasa seperti anak kecil lagi yang sedang belajar, tapi dengan materi yang lebih berat dan tetap bisa merasakan kesenangan mempelajarinya. Dan hebatnya, bila siswa belum merasa mengerti, beliau tanpa sungkan akan mengulang menerangkan sampai semua siswa memahami pelajaran hari itu. Bagi kami semua, pelajaran matematika menjadi pelajaran yang sangat menyenangkan. Kami menjadi bersemangat. Dan tak lupa, itupun berimbas pada nilai-nilai kami yang menjulang naik. Pada akhirnya aku bisa mengambil hikmahnya, oh mungkin ini sebabnya seluruh siswa di kelas tiga harus diajar oleh Pak Abbas. Tak salah memang, karena Pak Abbas adalah guru yang melakukan inovasi dalam mengajar matematika, pelajaran yang menurutku tak menarik. Pak Abbas telah membuatku merubah penilaian pada pelajaran matematika, dari tak menarik dan kubenci, menjadi pelajaran yang kucintai. Terima kasih Pak Abbas .
Nb :
O iya, seingatku selama beliau mengajar, aku hanya melihat sekali saja beliau berteriak, yaitu ketika hamper semua siswa pada hari itu ternyata tidak mencatat pelajaran yang beliau terangkan (Cuma satu orang yang mencatat), dan kami sekelas mendapat hukuman pukul di jari, pelan-pelan pakai penggaris panjang… itupun tidak sakit, kami bahkan tertawa-tawa. Hanya ada sakit di hatiku, karena aku telah mengecewakan beliau hari itu.
Thursday, 17 February 2011
Sale-Peniti Jilbab Batu
Berhubung mau ngabisin stok... Jadi aku sale aja peniti jilbabnya (sebagian udah terjual)..
Modelnya beda dari yang lain lho... Sebagian besar menggunakan batu asli..
Biasanya kujual 40.000,-
Tapi karena ini lagi sale, jadi kujual aja 30.000./pcs... beli lebih dari 2 pcs dapet diskon lagi... Harga belum termasuk ongkos kirim yaa ^_^...
Hayuuukk diborong ajaa... ^_^..
Yang tertarik boleh PM aku...
cheers,
Iah
Friday, 11 February 2011
Kebablasan
Perasaan pernah dengan pedenya bilang sama Momon, waktu kapan itu, kalo pas aku tidur di dalam angkot, gak pernah kelewatan turunnya... Sebelum sampe tujuan pasti aku udah bangun duluan...
Tapi dasar lagi apes kali tadi yaa... sore tadi pas tidur lagi dalam angkot...eehh... begitu bangun dan ngeliat pemandangan keluar... lho kok? suasananya gak seperti biasanya ya? pas udah agak sadar..jiiaahh... emaakk... kebablasaannn... ternyata aku tidurnya kepulesaaann nih.. sampe lewat rutenya...hahaha....
Jadi dengan pura-pura tetep tenang *agak jaim-lah...xixixi..*, aku bangun pelan-pelan dan langsung menuju ke pintu bis, seolah-olah memang aku mau turun disekitar situ... maksudnya biar gak ketauan kalo udah kelewatan...wkwkwkwk... kalo ketauan kan malu atuuhh..:p.. kubiarkan bus berjalan sedikiiittt lagi, sambil siap2 minta turun..
Ditempat yang kira-kira pas *maksudnya kira2 aku masih sanggup jalan kaki untuk balik ke rumah*, aku segera minta turun... Dan...sambil berjalan kaki, aku senyum2 sendiri mengingat kekonyolanku.... lumayan, dapet bonus lebih rutenya dari pak supir... hehe.. *padahal klo mau naik angkot lagi, bisa aja sih, tapi hari itu aku lagi mau jalan.. yaah, itung2 olahraga sore deh jadinya...wkwkwkw...
Jazakallah Khairan
Kali ini aku hanya ingin membahas tentang penggunaan ucapan "jazakallah khairan" yang artinya "semoga Allah membalas dengan kebaikan yang setimpal."
Banyak dari kita bila ingin mengucapkan kata itu, hanya ditulis "jazakallah" saja, padahal penulisan/pengucapan seperti itu kurang tepat... kenapa?
Untuk lengkapnya, coba cek aja di sini yaa :) :
http://badaronline.com/artikel/penulisan-lafazh-jazakallah-khairan.html
Semoga bermanfaat ^_^
Sunday, 6 February 2011
Resepsi
Menyambung cerita resepsi pernikahan ustazah Halimah, seperti janjiku. Pagi itu hujan turun dengan derasnya. Begitu derasnya sampai seolah-olah air tertumpah dari langit (kalau saja aku keluar tanpa paying, pasti seolah diguyur air seember…hehe.. lebay? Gak kok, suerr… emang begitu). Aku berfikir dalam hati, “Duh, gimana nih?” Rencana datang ke resepsi pernikahan ustazah Halimah hari ini bisa batal kalau hujan terus begini.”
Akhirnya aku pasrah aja, ya lihatlah nanti, mudah-mudahan pas waktunya berangkat kesana hujan sudah berhenti. Jam Sembilan pagi, hujan masih turun dan tetap deras. Aku janjian dengan teman untuk berangkat sama-sama jam sebelas siang nanti, masih cukup lama. Sementara menunggu waktu itu, aku sesekali browsing, sempat juga ke warung terdekat buat beli sabun cuci. Walaupun sudah menggunakan payung, bagian bawah bajuku tetap basah karena derasnya hujan hari itu. Aku berfikir lagi, "Wah bisa batal nih ke tempat ustazah..hiks.." *pesimis*
Tapi setelah menunggu beberapa lama, hujan akhirnya reda juga. Bahkan cuaca yang tadinya diguyur hujan deras, tiba-tiba berubah drastis. Matahari yang semula bersembunyi, kini menampakkan sinarnya yang terang dan hangat. Alhamdulillah . Bergegas aku segera menyiapkan diri untuk berangkat. Perjalanan dari rumah ke tempat aku janjian dengan mba Yuni lumayan lancar, padahal biasanya macet (walaupun hari Sabtu). Ketika aku sampai, ternyata mba Yuni sudah menungguku di tempat yang telah disepakati. Setelah itu kami segera berangkat menuju ke tempat acara.
Singkat waktu akhirnya kami sampai di sana. Selain dengan mba Yuni, aku juga janjian dengan mba Naya. Jadi ketika kami tiba di tempat resepsi, mba Naya sudah menunggu kami di depan gerbang untuk kemudian kami masuk bersama-sama.
Ketika kami di sana, sudah banyak undangan yang hadir. Acara resepsi berlangsung di rumah paman ustazah. Suasana acara resepsi begitu khidmat, santai, dan akrab. Seperti ceritaku sebelumnya, acara ini dikhususkan untuk undangan perempuan (undangan laki-laki datang di jam sebelumnya dan waktunya telah berakhir satu jam sebelumnya). Namun begitu ternyata masih ada sedikit undangan laki-laki yang datang yang ditempatkan di ruang bagian depan. Aku berfikir, oh mungkin undangan laki-laki tersebut adalah suami dari undangan perempuan… kasian juga kan kalau harus menunggu di luar…hehe… :p
Maka dengan begitu, kami undangan perempuan masuk dari pintu samping, langsung menuju ruang tengah dimana kedua mempelai berada. Ruang tengah itu begitu luas. Disana sudah banyak undangan (semua perempuan) yang duduk-duduk dengan santai di atas karpet-karpet yang terhampar, sambil mereka makan dan berbincang-bincang dengan akrab. Kuperhatikan dari wajah mereka, sepertinya mereka semua satu keluarga besar atau kerabat dekat (ustazah hanya mengundang keluarga dekat dan teman terdekat saja, dan juga murid beliau yang ketika itu diajarkan oleh beliau). Wajah-wajah cantik khas Timur Tengah berseliweran, berbalut kerudung dan gamis indah berwarna-warni. Dan para ibu yang juga cantik, memakai gaun yang indah. Mereka semua nampak menikmati acara.
Sementara tak jauh dari para undangan, kedua mempelai duduk di kursi panjang yang diapit dua vas bunga besar. Ketika aku melihat ustazah, oww…. Subhanallah. Betapa cantiknya beliau. Memakai gamis brokat putih dan hiasan melati di kepalanya, menambah keanggunannya. Tambah cantik. Sementara sang suami memakai kemeja putih yang ditutupi gamis hitam dan topi ala Timur Tengah. Pasangan yang serasi.
Setelah bersalaman, kami dipersilahkan duduk-duduk ditempat yang telah disediakan. Aku dan teman-teman segera mengambil makanan dan mencari tempat yang nyaman untuk makan. Para tamu bebas duduk dimana saja. Ada yang duduk di depan rumah, di samping rumah dan juga di ruang tengah. Kami mencari tempat lain yang lain dari yang lain, jauh dari undangan lain….hehe… Kami duduk di bagian samping paling ujung. Dan kebetulan ketika itu seorang ibu memanggil kami untuk duduk di bagian belakang rumah yang ternyata ada terasnya. Tempat ini ternyata yang paling strategis dan nyaman. Hanya kami bertiga disana. Di depan kami terhampar taman dan lahan berumput yang lumayan luas untuk anak-anak bermain bola dan berlari-lari. Angin bertiup sepoi-sepoi. Dengan lantunan suara Maher Zein (yay! my favorit singer….hehe..) dan diselingi dengan irama padang pasir yang dinyanyikan secara live namun tidak berlebihan (gak pake teriak-teriak, dan lagunya beda lho…), menghibur para undangan, menambah suasana tambah menyenangkan.
Sambil makan dan memperhatikan anak-anak yang sedang bermain bersama ibunya, aku, mba Yuni dan mba Naya, mengobrol ngalor ngidul.. Tentang hafalan kami, tentang keluarga, dan lainnya. Asyik sekali. Saking asyiknya tak terasa kami sampai nambah lagi makannya…haha… dua ronde.. ronde kedua aku makan pudding, mba Naya ngambil soto mie, dan mba Yuni makan somay. Kami balik lagi ke tempat semula. Makan lagi…hehe… Duh enaknya (berbeda dari suasana di tempat lain dimana undangan makan terburu-buru dan kita tidak bisa duduk dengan santai). Jadi betah. Saking betahnya, tak terasa kami sudah hampir satu jam di sana. Kalau tidak mengingat bahwa mba Naya berjanji pada anaknya untuk pulang sesuai waktu yang dijanjikan, pasti kami masih akan disana lebih lama lagi, menunggu sampai acara selesai.
Akhirnya kamipun pamitan pada ustazah untuk pulang. Sebelum itu kami meminta izin untuk mengambil foto beliau, buat kenang-kenangan. Berhubung tidak ada fotografer khusus yang ambil foto, makanya kami minta izin dulu sebelum mengambil gambar beliau, kalau-kalau tidak diijinkan. Senangnya, ternyata beliau mengijinkan. Tapiiii, maaf fren, gambarnya tidak dapat kuupload disini yaaa… khawatir beliau tidak berkenan. Pokoknya udah dikasih tau kan kalo ustazahku itu cantiiikk…hehehe…
Setelah bersalaman dan pamitan, kamipun pulang dengan hati senang. Dan aku melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya, menengok temanku yang baru habis melahirkan. ##
Thursday, 3 February 2011
Akhirnya Saat Itu Datang Juga
Pertamakali kulihat saat kami mengikuti kajian tasqif di masjid sebuah lembaga tempat ku belajar Al-Qur’an, sosoknya langsung mencuri perhatianku. Dengan penampilannya yang bersahaja, beliau terlihat begitu anggun, cantik dan manis. Wajahnya menyiratkan keteduhan dan ketenangan. Kutanya pada teman yang duduk di sebelahku, siapakah dia? Temanku menggeleng tanda tak tahu. Entah kenapa, aku senang melihat raut wajahnya. Aku mengaguminya. Cantik dan menarik, masih muda, dan yang pasti lebih muda beberapa tahun dariku, tapi tetap terlihat berwibawa. Kutahu dari salah seorang temanku bahwa beliau adalah salah seorang ustazah yang mengajar di lembaga ini, namanya ustazah Halimah. Saat itu juga terbetik harapanku, mudah-mudahan saja suatu hari aku dapat menjadi salah satu muridnya, agar aku dapat lebih mengenalnya.
Berbulan-bulan berlalu, saat itu aku menginjak tingkatan talaqi 1. Kulihat di salah satu pengumuman, tertulis di
Hari pertama beliau mengajar, kekagumanku ternyata tidak salah. Ternyata beliau memang seorang ustazah yang mendalami ilmu Al-Qur’an dengan baik. Setiap bahasan dikupas dengan mendalam hingga kami semua memahami tidak hanya bacaan Qur’an yang tajwidnya harus benar saja (beliau orang yang sangat teliti, salah ucap saja, pasti beliau tahu dan kami harus mengulang berkali-kali hingga benar), tapi juga beliau mengetahui sejarah atau latar belakang dari tiap materi yang dibahas, beliau ketahui dengan baik. Kenapa yang menjadi rujukan kami belajar adalah Syekh Ali Basfar, kenapa kalau salah membaca qur'an bisa fatal dan tak mendatangkan ketenangan, dan lain-lain yang baru kudapatkan pengetahuan tentang hal itu dari beliau. Belum lagi bahasa Arab beliau yang kutahu cukup fasih (ternyata belakangan kuketahui bahwa beliau adalah orang Arab…hehe.. meskipun wajahnya tidak terkesan seperti orang Arab lho…). Setiap pemberian materi, kami selalu terpukau, mendengarkan dengan seksama, kadang diselingi canda beliau, senyuman yang khas, dan terkadang matanya menari-nari bila harus mempraktekkan suatu materi. Membuat kami semua tertawa geli dan senang menjadi murid beliau. Tapi bila waktunya pembacaan Qur’an, ustazah akan sangat serius mempelajarinya dan mendengarkan bacaan Qur’an kami. Kadang ketika beliau sedang mengulang bacaan Qur’annya sendiri (muroja’ah), maka terdengarlah lantunan ayat suci yang merdu, sehingga membuat kami terpekur masing-masing. Rasa hormatnya pada Al-Qur’an, disamping dengan cara selalu mempelajari dan membacanya, tapi juga dengan meletakkan Al-Qur’an di tempat yang seharusnya. Bila ada Al-Qur’an tergeletak di bawah, maka akan segera diangkatnya di tempat yang lebih tinggi, untuk memuliakannya. Alangkah senangnya menjadi muridnya, beruntungnya aku. Tak sadar, terbetiklah keinginan dalam hati, aku ingin menjadi seperti beliau, pintar, cerdas, tenang dan bersahaja. Terbetik pula satu keinginanku, aku ingin suatu hari nanti dapat menghadiri pernikahannya...lho?...hehe... Iya, entah kenapa terfikir begitu... Mudah-mudahan pada saat itu, beliau masih menjadi guruku.. Amiin..
Tingkat talaqi 1 berlalu, dan aku melanjutkan ke talaqi 2. Seperti biasa, tiap tingkatan berganti, maka gurupun akan berganti juga. Di talaqi 2 yang mengajarku adalah ustazah Fadilah. Ustazah ini seru juga, apalagi waktu itu sebagian besar muridnya sudah sangat akrab dengan beliau, maka suasana belajarpun jadi menyenangkan. Empat bulan kemudian aku kembali ujian, alhamdulillah, lanjut ke tingkat tahfiz. Di tingkat tahfiz, tak dinyana aku kembali bertemu dengan Ustazah Halimah. Beliau kembali mengajarku. Betapa senangnya aku. Di hari pertama kami belajar, walaupun sudah saling kenal, tapi ada juga beberapa murid yang baru, maka kami tetap kembali memperkenalkan diri. Setelah itu proses belajarpun berlanjut seperti biasa. Sebagai murid yang sudah naik tingkat tahfiz, kami diharuskan atau diberi target untuk menyetorkan hafalan baru minimal tiga halaman setiap pekannya, dan mengulang hafalan lama minimal dua lembar, jadi total
Dan pekan yang lalu, pelajaran berlangsung seperti biasa. Tapi ada yang sedikit berbeda, ketika menjelang akhir pelajaran ustazah mengatakan bahwa beliau tidak dapat mengajar untuk dua pekan ke depan. Batinku otomatis mengatakan, pasti ada sesuatu yang sangat penting sampai beliau mengajukan cuti mengajar. Segera saja kutanyakan tanpa tedeng aling-aling….hehe… “Ustazah kenapa cuti?
Dengan senyum-senyum ustazah menjawab,”Iya, Insya Allah pekan depan saya mau menikah” dengan segera hatiku bersorak,”Yay!! Akhirnya saat itu tiba…hehe.. tapi diundang gak sih?? Belum tentu diundang juga tau.. udah ge-er aja…haha…”
Setelah itu ustazah mengeluarkan undangan yang diberikan kepada kami. Walaupun sebenarnya ustazah hanya mengundang keluarga dekat (beliau gak mau rame2 dan heboh, maunya membaur saja dengan tamu, gak terlalu formal), tapi akhirnya beliau mengundang kami untuk datang minggu besok.. Duuhh senangnya… Akhirnya keinginanku untuk datang ke acara pernikahannya terkabul juga, Insya Allah.. Dan yang agak berbeda, nanti undangan yang datang khusus untuk cewek aja. Yes!! Kayaknya asyik nih, bisa dandan cantik…haha… Jadi inget kupasan di majalah Alia tentang pesta pernikahan yang khusus untuk cewek… Kayaknya bakal seru nih acaranya .
Jadi sekarang ini, aku lagi siap-siap ke acara resepsi ustazah Halimah.. Lagi mikir-mikir mau pake baju apa ya? *kok heboh sendiri??...haha..:p*... Ya udahlah nanti aja difikir lagi.. Yang penting, akhirnya keinginanku terkabul juga.. *lebay* :p
(Ini salah satu cerita dari salah seorang guruku, guru-guruku yang lain nanti kuceritakan di waktu yang akan datang... guruku sayang)
Wednesday, 2 February 2011
Masjidil Haram
Ini bukan dokumentasi perjalanan hajiku, tapi ini dokumen perjalanan haji bapakku tahun lalu. Semua foto diambil oleh teman bapak. Pasalnya waktu aku tawarkan bapak utk bawa kamera sendiri, beliau gak mau, ribet katanya.. yah sudahlah.. ku bilang aja sama bapak, "Ya udah, bapak nanti numpang foto deh sama temen yak!" hehe... :p
Dan inilah hasilnya... sedikit aja fotonya, soalnya foto yg lain itu foto narsis bapakku bersama teman-temannya...hihihi.. paling suka sama foto yang pertama itu... berasa dekeett sama ka'bahnya... makanya, diupload aja, biar yg lain juga bisa ngerasain deketnya dg kabah *lebay*..
Ya Allah, mudah-mudahan nanti bisa nyusul kesana juga, beribadah haji... amiin100x *biar dikabulin Allah* :))
cheers,
iah
Tuesday, 1 February 2011
Diwaktu Banjir
Ini video keadaan kantorku waktu banjir. Untungnya gak sampe masuk ke dalam kantor, cuma di jalan menuju kantor aja yang banjir. Udah mirip kali Ciliwung.. Dan walaupun cuma kena banjir di jalannya, tetep aja nyusahin. Kalo yang belum sampe kantor, berarti gak bisa masuk kantor hari itu (kecuali ada kendaraan yg nekat nerobos banjir), dan kalo yang udah terlanjur masuk kantor, otomatis kejebak banjir (ada juga temen yg sampe nginep di kantor)... Dan ini kayaknya pas temen2ku lagi pada kejebak banjir.. Beruntungnya diriku, udah dua kali banjir besar begini, pas waktunya dua kali juga aku gak masuk kantor... Alhasil, aku selalu dibilang orang yang beruntung, karena gak pernah ngalamin naik perahu karet...hahaha... *jahat ya? :p*... tapi mau gimana lagi, bukan salahku klo waktu itu gak bisa masuk kantor.. gak disengaja kok gak masuknya :). Yah silahkan diliat aja, betapa sebelnya kalo banjir (masa sih? hehe.. :p)