Thursday, 29 March 2012

Menukar Uang di BI


Pagi tadi, saya berangkat ke Bank Indonesia (BI), di Jl. MH Thamrin, dengan tujuan untuk menukarkan uang rusak dan uang lama milik kantor. Sebenarnya gak banyak kali ini uang rusak yang mau ditukar, hanya beberapa puluh ribu, tapi cukup membuat alergi mata dan hidung bersin-bersin setiap kali melihat dan memegangnya.

Sudah beberapa kali saya ke BI. Pernah saya menukar uang receh pecahan 25, 50, 100 edisi lama sekaligus uang busuk yang banyaknya gak tanggung-tanggung. Mungkin kalau ditimbang, beratnya bisa puluhan kiloan itu uang receh plus uang lembaran. Waktu itu, rasanya saya udah mirip Paman Gober aja, pemilik gudang uang, pamannya si Donal Bebek, bawa uang berplastik-plastik. Bawa sendiri? Gaklah, saya minta tolong asisten-asisten *halah..gaya* saya untuk membawakan uang itu..hehe..

Perlu beberapa kali saya menukarkan uang receh, sampai akhirnya bisa diterima semua uang receh itu oleh petugas BI.. Pertama, karena saya gak tahu harus menukar di bagian mana.
Sudah dibawa petantang petenteng itu uang, berat-berat, eehh petugasnya dengan enteng bilang,"bukan disini kalau mau menukar uang mba, tapi di sebelah situ (menunjuk sebuah sudut bangunan lain dalam komplek BI). Tapi sewaktu saya datangi tempat itu, eeh, katanya sudah tutup (jam 11.00). Sambil melirik uang yang kami bawa di kantong, petugas tersebut bilang, kalau uang itu harus dirapikan, dipisahkan setiap 10 keping, supaya lebih mudah menghitung.

Baiklah, akhirnya saya kembali bawa uang itu ke kantor. Dan sesampainya di kantor, kami sama-sama bungkus itu recehan dengan selotip, tiap 10 atau 20 keping, sampai semua uang itu rapi.

Beberapa minggu kemudian (ke BI gak langsung besoknya, susah yang mau nganterin lagi, mobil kantor jadwalnya padeett..hikss.. ngantri jadinya), kami kembali datangi BI di waktu yang lebih awal. Sesampai di sana, petugas lain (bukan yang terakhir kami temui), malah bilang begini,"lho mba, kenapa ini dikasih selotip begini?" harusnya jangan dibeginikan (diselotip), dibiarin aja dilepas semua, gak boleh ada yang diselotip, biar mudah ngitungnya."
haiyaaahhh, bikin gondok aja. Waktu itu dibilang suruh dirapikan, dipisah-pisah pakai selotip, sekarang dibilang gak boleh diselotip. Aaarrgghh..bete..
Karena banyak yang harus dilepas selotipnya, akhirnya kami memutuskan kembali balik kantor dan sesampai di kantor, tu uang kami lepas semua selotipnya.. Sambil menggerutu teman-teman yang lain, bikin kerjaan aja!...hehehe..

Sampai akhirnya kami kembali dengan uang yang sudah gak diselotip, petugaspun menerima uang-uang receh tersebut, dan menghitungnya di mesin khusus, berbentuk bulat, dimana uang receh tersebut diletakkan sekaligus, untuk kemudian dilakukan penghitungan otomatis. O iya, yang perlu diperhatikan, sama seperti pada saat menghitung uang kertas, pada saat menghitung uang koin tersebut, kita juga harus memisahkan jenis pecahannya. Kalau mau menghitung pecahan 25 rupiah, maka uang yang dimasukkan harus semuanya 25, kalau ada yang bukan pecahan 25, maka tidak akan dihitung atau macet mesinnya.

Terus kalau mau menukar uang lembaran kertas yang rusak, biasanya petugas meminta kita merapikan uangnya dahulu. Sampai posisi gambarnya juga harus sama. Walaupun itu uang sudah bau dan penampilannya sudah gak jelas, tetap kita harus susun dengan baik. Ehhmm.. kalau melihat petugas di BI, keliatan mereka tuh sayaaanngg banget sama uang, walaupun uang itu buat kita penampilannya sudah bener-bener busuk...hihi.. tapi buat mereka, uang itu berharga lho. Dengan sarung tangan yang selalu dipakai, dan kadang memakai masker juga,-petugas meneliti setiap uang yang diterima. Semua perlakuan sama buat uang-uang tersebut, entah yang sangat busuk, busuk biasa atau yang masih bagus. Kadang sampai dielus-elus pula uangnya, diteliti satu persatu (aku ngeliatnya cuma cengar-cengir aja...hihi..).
Setelah semua uang sudah dihitung, kemudian kami pun mendapat ganti uang yang baru, sesuai dengan nominal uang yang kami bawa.

Lain waktu aku pernah juga menukar uang emakku yang dimakan rayap (rayap mata duitan! hehe..). Dengan berbisik-bisik padaku (khawatir ketahuan bapak dan pasti diomelin..hihi) emakku bertanya, bisa gak uangnya ditukar yang baru? Maka dengan pasti kujawab (dengan bisik-bisik juga), bisa maaakk! tunggu aja yaaa..hehe..

Maka akupun kembali ke BI. Sesampai di sana, petugas segera meneliti uang yang dimakan rayap itu, sambil berkata,"wah, mba, untung rayapnya gak makan nomor seri uangnya, soalnya kalau gak ada nomor serinya, walaupun lembarannya hampir lengkap, gak akan bisa ditukar uang ini." aku bertanya lagi,"Jadi yang ini bisa ditukar kan pak?", si bapak mengangguk tanda bisa ditukar. Phyuuhh...lega aku.. dan pasti lega juga emakku...hehe..

Kemudian petugas tersebut mulai bercerita padaku,"Eh, pernah ada juga yang kena rayap lho, tapi lebih parah. Jadi ada nenek-nenek, rupanya dia ngumpulin uang, menabung buat ongkos naik haji. Tapi sayangnya dia ngumpulin uangnya di lemari (mungkin si nenek gak biasa ke bank ya). Sayangnya, uangnya yang jumlahnya udah puluhan juta, ternyata dimakan rayap. Waktu itu dia datang kesini, mau menukar uang. Tapi ternyata nomor serinya banyak yang sudah gak ada. Akhirnya hampir semuanya gak bisa ditukar. Sampai pingsan nenek itu disini." begitu cerita petugas tersebut. Saya jadi berasa ngenes dan sedih memikirkan nenek itu..hiks.. sudah susah payah ngumpulin uang, eh, raib gara-gara rayap gak bertanggung jawab..hhhmmm.. (rayap emang musuh bebuyutaann). Entah, si nenek jadi berangkat haji atau gak, mudah-mudahan aja jadi ya, dapat uang dari tempat lain..hikkss.. amiin..

Soal uang emak, kubawa kembali uang yang baru. Kulihat wajah emak senang sumringah, karena tahu uangnya bisa ditukar semua. Ketika kuserahkan uangnya, sambil kuberpesan pada emak,"Mak, jangan disimpen di lemari lagi ya, ditabung di bank aja uangnya, biar gak jadi makanan rayap..hehe"..

Terus soal tukar uang tadi pagi.. Seperti biasa, lancar-lancar saja. Hanya satu yang menjadi perhatian. Kali ini ada satu uang seribu rupiah (seribu doang sih :p), yang terpotong, dan bagian potongannya hilang entah kemana.
Ketika memeriksa uang terpotong tersebut, petugas segera melipat uang lain yang masih utuh menjadi tiga bagian. Mulanya saya gak faham apa maksudnya petugas memainkan lipatan uang. Saya hanya memperhatikan saja.
Setelah uang terlipat tiga, kemudian petugas mengambil uang saya yang terpotong itu, dan menyamakannya dengan uang yang terlipat tadi. Kemudian diteliti, dan petugas berkata,"Mba, maaf, yang ini gak bisa ditukar, karena potongannya gak sampai sepertiga uang, jadi coba mba cari potongannya".
Saya bilang,"Ya udah pak, gak usah ditukar deh, gak apa-apa" Untung cuma uang seribu, coba kalau uang lembaran seratus ribu yang terpotong itu..hiikkss..

Yah, begitu deh, suka duka menukar uang di BI. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman ini. O iya, satu lagi, kalau mau masuk BI harus tukar KTP dengan kartu khusus, jadi siap-siap bawa KTP aja ya kalau ada yang mau kesana.. :)

Salam,
iah

Wednesday, 14 March 2012

Roses for Dr. Prita K




Roses are red my luv, but black rose also beautiful.
These flower brooch are special request from Dr. Prita.
Alhamdulillah she luvs them..
Thanks a lot Bu Dokter ^_^

Rgds,
Samsiah

Saturday, 10 March 2012

Bros bunga




Assalamu 'alaikum,
Bu Dokter, ini brosnya sudah jadi.. tapi mohon maaf, warna merahnya dapat yang merah terang.. jadi saya coba bikin dulu.. stok kawat yang merah tua seperti di contoh gak ada.. gimana? mau? kalau gak cocok, nanti tunggu stok kawat merah tua datang bu..

Terus saya kasih alternatif, kalau mau dipakai mutiara di tengahnya bisa, atau kalau gak juga gak apa-apa.. sementara mutiaranya blum dipasang :)

Kabarin ya Dok..
Syukron..

Wassalam,
Samsiah

Friday, 2 March 2012

contoh bros




assalamu 'alaikum,
mba, ini contoh2 brosnya... bros yg ungu itu yang udah diambil temanku.. :)
klo berminat yg lain, boleh mba..hehe..