Saturday, 27 August 2011

Kacang Telur


Siap dimakan... krriiuukk!!

Sepertinya sudah jadi tradisi di rumah, tiap kali menjelang lebaran, selain membuat kacang bawang, pasti kami juga selalu membuat kacang telur ini. Kalau belum bikin kacang telur di hari lebaran, rasanya kurang seru aja. Bikinnya gampang dan rasanya enak. Sengaja ditampilin gambar juga, supaya gampang jelasinnya. Frens..kalau ada yang mau coba bikin juga, silahkan ^_^....

Bahan :
- 2 kg kacang tanah yang ukuran sedang/kecil, yang masih ada kulitnya
- Gula pasir 1/4 kg
- Air 1 gelas
- Vanili 1 bungkus
- Garam 2 sendok makan penuh
- Telur 2 butir
- Penyedap rasa (royco) secukupnya saja/sedikit, boleh ditambah kalau suka (tapi saya jarang pake)

Cara membuat :
1. Air, gula, garam, vanili dimasak jadi satu, sampai cairan gula agak kental (tidak cair, tapi juga tidak terlalu kental (ganting)). Kemudian dinginkan.
2. Kalau cairan gula sudah betul-betul dingin, masukkan telur, dan aduk sampai telur tercampur rata dengan cairan. Cairan siap digunakan.
3. Ambil kira-kira sepiring kacang. Campur dengan 2-3 sendok makan cairan gula. Aduk-aduk sampai semua kacang terlumuri cairan gula (cairan jangan sampai berlebihan).
4. Bila kacang sudah terlumuri semua, letakkan kacang di atas terigu yang sudah disiapkan di atas tampah, aduk-aduk/campur kacang dengan terigu, sampai kacang yang semula lengket, jadi terpisah-pisah.
5. Ayak kacang dengan saringan yang lubangnya besar-besar, sampai kacang bersih dari terigu yang tersisa.
6. Letakkan kacang yang sudah diberi terigu, di tempat terpisah. Ulangi proses untuk kacang yang selanjutnya, hingga semua kacang habis.
7. Bila semua kacang sudah terbungkus terigu semua, ulangi prosesnya dari awal (diberi cairan, terigu, dan di ayak lagi).
8. Jadi prosesnya dua kali.
9. Kalau kacang sudah dua kali diberi terigu, maka kacang siap digoreng.
10. Hati-hati dalam menggoreng. Kacang ini istilahnya "mateng di darat". Jadi harus dicoba dulu, kira2 berapa lama untuk menggoreng (dengan api sedang). Seringnya ketika masih di penggorengan. kacang ini terlihat seperti belum mateng, tapi ternyata begitu diangkat, jadi hangus. Makanya harus dicoba, kira2 berapa lama menggorengnya.
Goreng kacang hingga terlihat kecoklatan ketika sudah diletakkan di piring/tampah (biasanya saya pake tampah yang dialasi koran).

Kacang ini, pada saat masih panas, memang terasa kurang garing. Tapi bila sudah dingin dan agak lama, akan terasa garing sampai ke dalam.
Selamat mencobaaa! ^_^

Ket : Model diperagakan oleh.... my emak :D... eh bukan cuma diperagakan sih, emang si emak yg bikin...wkwkwk...

Saturday, 20 August 2011

Mengejar Suami

Pagi menjelang siang, aku berangkat menuju kantor Telkom untuk membayar rekening teleponku yang jatuh tempo pembayarannya tepat hari ini. Sebenarnya agak malas juga. Enaknya kalau sudah di rumah, ya gak usah keluar-keluar lagi. Tapi berhubung ini hari terakhir pembayaran, yah dipaksa-paksa juga diri ini supaya mau berangkat.

Dengan mikrolet biru aku menuju kantor Telkom. Seperti biasa, sepanjang perjalanan aku paling suka melihat-lihat pemandangan di luar. Jalan-jalan yang berdebu, toko-toko, orang-orang berjualan, orang-orang yang sedang menunggu kendaraan juga, dan banyak kejadian yang dapat kulihat dari dalam angkot. Bersamaku ada empat orang lainnya. Dua orang ibu-ibu yang rupanya saling kenal. Mereka asyik mengobrol. Dan lainnya adalah seorang ibu dengan anak perempuannya usia kira-kira sembilan tahun yang juga mengobrol.

Sedang asyiknya kami dengan kegiatan masing-masing. Dari jauh kulihat seorang ibu, berlari setengah kencang, kadang juga pelan, sambil menenteng helm. Si ibu terus berlari, seperti mengejar sesuatu. Nampak kulihat tak jauh di depan ibu tersebut, ada sebuah motor yang melaju tidak terlalu kencang juga. Bila kulihat si ibu nampak hampir sampai pada motor tersebut, tiba-tiba motor yang dikejarnya melaju agak kencang. Dan bila si ibu mulai capek berlari, si motor nampak melaju pelan. Seperti bermain-main nampaknya. Tarik ulur... Tarik ulur... Seperti main layang-layang. Kami yang melihatnya dari jauh jadi agak geregetan juga.

Lama kelamaan perhatian kami semua yang ada di dalam angkot tersita hanya pada ibu tersebut. Dan ketika supir angkot yang kami tumpangi dapat mengejarnya, segera saja pak supir menanyakan ada apa. Si ibu dengan nafas yang terengah-engah dan keringat bercucuran (kelihatan sangat lelah), segera menjawab, bahwa dia sedang mengejar suaminya yang naik motor. Pak supir pun menawari si ibu untuk mengejar suaminya, dan menyuruh naik di angkotnya.

Kemudian perhatian kami beralih pada pengendara motor yang tadi kelihatan berjalan kadang pelan dan kadang cepat di depan si ibu. Namun ketika melewati pengendara yang dimaksud dan kami menunjuknya, si ibu berkata bahwa pengendara tersebut bukan suaminya, tapi suaminya sudah lebih dulu di depan lagi melaju. Masya Allah... dugaan kami salah semuaaa... Jadi suaminya yang dikejarnya sudah lebih jauuhh... tapi kenapa tadi si ibu lari teruuuss, kenapa gak langsung naik angkot ajaaa daritadiii... *gubraks*. Yah mungkin lagi panik, jadi lupa.

Setelah itu kami segera fokus mengejar suami si ibu. Sambil kami mengejar, dengan nafas yang tersengal-sengal si ibu bercerita bahwa dia baru saja pulang dari rumah orangtuanya dan tadi dia ngambek pada suaminya. Dan dengan agak kesal dan mungkin sedikit merajuk, dia menyuruh suaminya pergi. Sebenarnya si ibu tidak benar-benar bermaksud menyuruh suaminya pergi. Tapi rupanya ucapannya itu ditanggapi serius oleh sang suami, jadi segera saja suaminya pergi meninggalkannya walaupun si isteri memanggil dan mengejarnya. Dan ketika suaminya benar-benar pergi, si ibu mengejarnya sepanjang jalan. Dan pemandangan itulah yang kami lihat tadi. Rupanya suaminya ngambek juga..

Duuh... ibu... kok bisa begitu sih? *bingung, garuk2 kepala*

Terus suaminya kok tega ninggalin isterinya beneran? *tambah bingung, gak garuk2 kepala lagi, gak gatel sih :p*

Dua-duanya sama-sama ngambek jadinya...

Sampai aku harus turun lebih dulu dari mikrolet biru, si ibu masih dalam misi mengejar suaminya, bersama pak supir dan dua orang ibu yang tersisa. Entah si suami terkejar atau malah tertinggal jauh. Aku gak tau. ###

Pesan moral dari kejadian itu, apa ya? emm... kalau ngambek, mungkin jangan keterlaluan ya.. entahlah... *bingung aja ada kejadian macam begitu :p*

 

[Random Snippets Kitchen] Banana Fancy Free

Ini resep ketigaku dalam rangka ikutan lomba masak yang diadakan Mba Vina disini. Sempat mau bikin "Sour Cream Muffins with Dried Parsley", soalnya penasaran sama rasa gurihnya itu. Dalam bayanganku pasti enak banget. Tapi, apa mau dikata. Bahannya, terutama yang dried parsley cuma bisa dibeli di supermarket langganan yang jauh dari rumah, dan adekku yang lagi mbonceng aku dengan motornya, dan kebetulan melewati supermarket itu, ternyata gak mau mampir walaupun sebentar kesitu (alasannya dia gak mau menunggu)...hiks. Sedangkan waktu sudah meppeett banget, deadline hari ini! (masa cuma bikin dua resep sih? walaupun belom tentu menang, tapi paling gak, gak akan kena dis juga udah bikin aku seneng). Jadi, yang paling memungkinkan dicoba dan cepat adalah resep ini : Banana Fancy Free.

Setelah adekku gak mau mengantarku ke supermarket yang kutunjuk, segera aku minta dia mengantarku ke tempat jual pisang ambon, dan dia membawaku ke pasar tradisional terdekat, dimana tempat kios pisangnya bisa terlihat oleh adekku dari jauh, jadi kalau aku agak lama beli pisangnya, dia bisa langsung memanggilku supaya cepat pulang...hihi :p 

Gak ada yang diganti atau dirubah dari resep ini, hanya aku tambahin sedikit susu kental manis coklat didalamnya, jadi tambah manis. Minuman ini jadi menu berbuka puasa kami sore ini. Alhamdulillah, rasanya enaakk...^_^

BANANA FANCY FREE

Bahan :

- 3 buah pisang ambon

- 350 cc susu cair

- es serut atau es batu yang dihancurkan kecil-kecil

- sedikit (1-2 sendok makan) susu kental manis coklat

Cara membuat :

- Campurkan pisang ambon, susu cair, es serut dan susu kental manis coklat, kemudian diblender hingga halus.

- Siapkan gelas yang bagian dalamnya diberi susu kental manis cokelat sambil diputar gelasnya, hingga permukaan gelas berwarna cokelat.

- Tuang adonan pisang ke dalam gelas yang telah disiapkan.

- Siap diminum.

 

Friday, 12 August 2011

Arafah Bazaar, 13 Agustus 2011




Frens, Sabtu ini Shafaa Craft bekerjasama dengan Calyx ikutan bazaar Arafah.
Tempat di Gedung Theater Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta.
Jam 9.30 - 15.00.
Ayoo...datang yaa... ^_^

Salam,
Samsiah

Wednesday, 10 August 2011

[help me] ada yang tau gak kalo dari terminal blok M ke jalan Wijaya 7 (bakmi GM), naek angkot nomor berapa yaa..^_^

Biji Salak Ungu


sama enaknya ^_^

Maaf... Ini bukan mau ngikutin trend yang lagi serba ungu, tapi ini gara-gara yang jual (seorang nenek) yang lagi gak konsentrasi ngambilin ubi yang masih di dalam karung (cari karungnya juga pake acara tebak-tebak buah manggis :p), jadi gak begitu jelas yang dikasih ternyata bukan ubi merah, tapi justru ubi ungu. Ditambah si pembelinya juga lagi sama-sama kurang awas matanya (efek laper.. :p).
Baru sadar sewaktu udah sampai rumah, dan ngeliat air rebusan ubinya berubah ungu pekat... Tapi, apa boleh buat, udah niat mau bikin biji salak, gak ada ubi merah, ubi ungu pun jadi.. Malah jadi ikut trend nih biji salak, warnanya jadi unik. Rasanya juga sama enaknya kok.. percayalah ^_^

Churros Bunda


Description:
Ini resep dapet dari blognya Bunda Zidan & Syifa (semoga jadi amal jariah bunda^_^) disini : http://dapurbunda.blogspot.com/2005/09/churros-bunda.html
Udah pernah bikin dan ketagihan. Apalagi bikinnya juga gampang, cepat dan rasanya enak. Aslinya ditaburin gula halus, tapi kalau yang suka coklat, bisa aja dicocol pake coklat cair...nyaamm... Buat buka puasa juga enak lho... ^_^

Ingredients:
- 100 gr tepung terigu
- 100 gr margarine/butter
- 200 ml air
- 2 butir telur ayam
- 1/2 sdt garam

Bahan taburan :
- 5 sdm gula bubuk
- 1 sdt kayumanis bubuk

Directions:
1. Didihkan air, margarine/butter dan garam
2. Kecilkan api, lalu masukkan tepung terigu, aduk sampai kalis. Angkat
3. Tunggu sampai asap panas hilang, masukkan telur, aduk terus sampai adonan licin.
4. Masukkan ke dalam piping bag
5. Semprot panjang-panjang di atas minyak panas
6. Goreng sampai kuning kecoklatan
7. Angkat. Tiriskan
8. Taburi dengan campuran gula bubuk dan kayumanis bubuk. Hidangkan.

Tips :
pada saat tepung masuk, adonan akan memberindil, jangan ragu, aduk terus sampai rata.
- begitu pula pada saat telur masuk, adonan akan terpisah-pisah, aduk terus sampai licin.
- supaya semangat, jangan lupa sambil nyanyikan lagu maju tak gentar sambil mengaduk adonan (ssstt..ini kata bunda lho, bukan kata saya... cek aja blognya klo gak percaya...hehe)

btw... foto di atas churros hasil bikinan saya, berhubung saya kurang suka bentuknya panjang, jadi waktu lagi digoreng, langsung dipotong-potong :p

[Random Snippets Kitchen] Cheesy Tofu Ball

Ini resep kedua dalam rangka mengikuti lomba di tempatnya Mba Vina. Walaupun hampir telat (entah diperpanjang atau gak ya jangka waktu lombanya? *garuk2 kepala*), tapi biar aja, yang penting saya happy bikinnya. Ditambah waktu itu bikinnya gak dirusuhin sama keponakan-keponakan *yess!*... Makanya, hasilnya lebih baik daripada praktek resep yang pertama :p.

Sebenarnya di resep asli Mba Vina, salah satunya pakai lada hitam, tapi berhubung gak dapat lada hitam, jadi saya ganti dengan merica. Terus, seharusnya pakai tepung panir, tapi karena persediaan di rumah yang ada tepung tempura, ya akhirnya pakai tepung tempura untuk membungkus bola-bolanya... Hasilnya? mantaapp... Berhubung bulan puasa, jadi cheesy ball ini disantap untuk menu berbuka puasa.. ^_^

Bahan :

- 250 gr ayam cincang

- 5 buah tahu cina ukuran kecil (beratnya 400 gr), hancurkan

- 100 gr keju cheddar, parut

- 5 siung bawang putih, diulek

- 1/2 sdt garam

- 1/4 sdt merica

- 1 butir telur

Bahan panir :

- 2 gelas tepung tempura

- 2 butir telur, kocok lepas

 

Cara Membuat :

 

1. Di mangkuk besar, tahu, keju dan bawang putih, dijadikan satu. Aduk sampai rata.

2. Masukkan dagina ayam, telur, garam dan merica.

3. Aduk semua bahan sampai rata.

4. Ambil sesendok adonan, bentuk bulat-bulat

5. Gulingkan di tepung tempura, masukkan ke kocokan telur, terakhir gulingkan lagi di tepung tempura.

5. Goreng sampai kuning kecoklatan (minyaknya panas sedang).

6. Siap dihidangkan, bisa dimakan pake nasi, saus sambal atau cabe rawit... enakk..

 

 

 

Wednesday, 3 August 2011

[Puasa Pertamaku] Menunggu Tukang Es

Siang itu matahari bersinar begitu teriknya. Jarum jam di dinding rumahku menunjukkan ke angka dua belas. Aku tahu, setiap sore pedagang es balok akan datang berkeliling menjajakan jualannya, tapi hari itu, di tengah hari yang panas, dengan semangat aku sudah bersiap-siap menunggunya di pinggir jalan. Kenapa tukang es balok harus ditunggu? Karena pada saat itu, belum banyak orang yang punya kulkas. Mungkin baru satu atau dua orang tetangga yang punya kulkas.

Ku duduk di depan teras rumah tetangga yang kebetulan rumahnya di pinggir jalan. Hhmm... Masih sepi, belum ada orang satupun selain aku yang menunggu tukang es itu. Biasanya aku menunggu bersama teman sebayaku, atau bersama dengan ibu-ibu lain. Jadi siang itu aku duduk sendiri, di pinggir jalan, di teras tetangga. Duh panasnya. Sebentar-sebentar aku meludah, karena pernah ada temanku yang bilang, menelan ludah sedikit saja akan membatalkan puasa. Dan aku tidak mau puasaku batal.

Meludah terus menerus (kalau difikir sekarang, ih joroknya ) membuat ternggorokanku menjadi benar-benar kering. Walaupun tenggorokanku menjadi sakit dan benar-benar haus, tapi aku merasa puas. Ini puasa pertamaku. Dan aku tidak ingin gagal di puasa pertama. Aku tidak mau kalah dengan temanku yang lain. Mereka juga pasti menjalankan puasanya hari ini masing-masing di rumah mereka. Dan mereka nantinya pasti akan menceritakan bagaimana puasa mereka pada saat kami masuk sekolah kembali. Ya, selama sebulan ini kami memang mendapat libur. Itu yang dikatakan bu guru waktu itu. Jadi nanti kami kembali bersekolah setelah lebaran.

Aku terus menunggu tukang es di tempat itu. Jangan salah, es itu bukan untuk diminum siang hari. Ingat! Aku kan puasa. Es itu nanti akan dicampur sirop rasa pisang ambon yang warnanya merah, atau rasa pala, yang warnanya hijau, kemudian diminum pada saat berbuka. Dan yang paling enak waktu itu adalah sirop merk Sarang Sari. Tapi sayangnya sirop itu masih mahal bagi kami, makanya sirop sarang sari hanya bisa dibeli sekali saja dalam sebulan. Sirop itu begitu istimewa. Paling top di antara sirop yang lain. Dengan aroma vanilla-nya yang menyeruak, dan manisnya yang tak berlebihan, membuat hilang segera dahaga kami tanpa meninggalkan sisa kekeruhan menempel di gelas. Segarnya. Glek! Tiba-tiba aku menelan air liurku. Sambil duduk sendiri, ternyata aku jadi membayangkan enaknya rasa sirop itu. Tapi ah... aku gak boleh membayangkan sirop. Aku lagi puasa.

Aku kembali tersadar. Ternyata aku masih sendiri di pinggir jalan itu. Mungkin semua orang sedang tidur siang. Atau mungkin sedang malas keluar rumah, akibat panasnya matahari yang membakar. Lama kelamaan aku jadi bosan. Akhirnya aku kembali pulang.

Di rumah aku segera berbaring di lantai. Lumayan. Lantai yang disebut bapak "ubin teraso" ini sangat mendinginkan badanku. Walaupun bapak sering memarahiku untuk tidak tidur di lantai, karena khawatir terkena paru-paru basah (dalam fikiran kanak-kanakku, aku bingung dengan yang disebut bapak "paru-paru basah", apakah paru-parunya jadi berair? hhmm... tak fahamlah), tapi aku tak peduli. Hari ini aku puasa, badanku lemas dan aku tak mau batal. Aku ingin badanku segar.

Jadi aku terus berbaring, walaupun aku tak bisa tidur. Kulihat jam di dinding. Bergerak lambat. Aku bingung mau ngapain lagi. Bosan. Tak mungkin aku main ke rumah teman. Mereka juga pasti sedang lemas-lemasnya. Dan pasti malas bermain.

Ku tengok emak yang ada di dapur. Bau kolak sangat menggoda. Tapi aku cuma mengintip. Tak berani mendekat. Khawatir jadi lapar. Aku segera keluar dan berjalan berkeliling ke rumah tetangga. Sepi. Tak ada orang. Semua di dalam rumah masing-masing. Hiks... siang itu aku jadi anak yang gak jelas juntrungannya. Malang melintang sendirian, dengan tenggorokan yang kering dan perut keroncongan, tak karuan. Akhirnya aku kembali ke rumah, dan melanjutkan berbaring telungkup, mirip cicak di dinding (diam tapi tak merayap).

Beberapa jam kemudian, sore menjelang. Kufikir sudah waktunya aku kembali keluar, menunggu abang penjual es balok. Dan kebetulan emak pun menyuruhku keluar mencegat si abang. Sewaktu aku kembali ke tempat semula, sudah ada beberapa temanku dan ibu-ibu yang juga menunggu si abang. Biasanya kalau si abang muncul, kami sudah dapat melihatnya dari jauh, kelihatan berjalan dengan gerobaknya. Tapi waktu itu si abang belum kelihatan batang hidungnya (apalagi gerobaknya ). 

Pffyuuhh... rupanya hari itu si abang agak lambat datang. Mungkin juga karena hari pertama bulan puasa, jadi si abang belum terbiasa mengantar kembali pasokan es yang lebih banyak dari biasanya buat para pembelinya. Sambil menunggu kami pun mengobrol. Saling meledek dan menggoda, mencandai kira-kira siapa hari itu yang sudah batal puasanya. Tapi aku merasa bangga, karena sampai sore itu aku belum batal.

Sedang asyiknya kami mengobrol, tiba-tiba seorang ibu yang juga sedang menunggu, berteriak keras,"Ituuu.... si abang udah dateng, ayoo!!", kami pun menoleh sesuai petunjuk si ibu. Dari kejauhan, terlihat abang mendorong gerobak es baloknya, dengan susah payah. Rupanya wilayah kami adalah tempat yang pertama harus didatangi si abang, jadi tentu saja es baloknya masih lengkap (sampai sekarang, masih ku ingat wajahnya si abang, dengan topinya...hihi). Bagaikan melihat oase di padang pasir, begitu girang kami melihat si abang. Wajah kami jadi berseri-seri, kami pun segera menghampiri dan mengerubunginya. Dan dengan besi panjang si abang segera membelah es balok dan memotongnya jadi kecil sesuai permintaan kami. Melihat kesegaran es balok yang sedang dibelah, hausku bertambah-tambah. Terbayang lagi sirop rasa pala yang hijau. Segarnya dicampur es balok. Glek! Aku menelan air liur lagi. Segera kuserahkan uang yang diberikan emak untuk membeli es, dan segera pulang setelah kudapatkan es yang kuminta. Sambil melompat-lompat girang macam kelinci, aku membawa es itu dan menyerahkannya pada emak.

Adzan maghrib tinggal sebentar lagi berkumandang. Sambil menunggu-nunggu aku bermain di depan rumah. Kebetulan di tempat itu juga sedang berkumpul ibu-ibu lain yang sedang mengobrol. Mereka saling bertanya-tanya tentang puasa anaknya, maupun puasa dirinya sendiri. Ku ingat sekali, waktu itu ada salah seorang tetangga, namanya Tante M, dia menanyakan padaku,"Iah, puasa gak?" Aku pun mengangguk mengiyakan. "Belum batal sampai sekarang?" Aku pun mengangguk lagi... Tante M berkata lagi,"Wah hebat ya Iah, masih kecil aja udah puasa sehari penuh"... Mendengar itu aku tersenyum bangga, senyum kemenangan anak umur enam tahun yang baru pertama kali puasa.

Duk..duk... duk.... bunyi beduk dipukul, tanda adzan Maghrib. Itu juga tanda waktunya berbuka puasa. Dengan hati senang, aku segera meneguk es sirop rasa pala warna hijau yang sudah terbayang sejak siang tadi. Betapa senangnya, saat berbuka. Rasa haus dan lapar yang merongrong sejak siang, terganti dengan segarnya es dan enaknya kolak yang dibuat emak. Dalam hati, aku besok mau puasa lagi. Dan harus kuat. Puasa hari pertama aku kuat, dan harus kuat juga puasa selanjutnya. Ehhmm... dan besok aku mau nunggu tukang es balok lagi

*Ditulis untuk diikutkan pada lomba menulis di sini*