Di suatu pagi yang cerah, di dalam Bus Way yang sesak tujuan Pluit, aku berusaha mengatur sikap tubuh berdiriku, agar kakiku gak terinjak, agar badanku juga gak terlalu tergencet penumpang lain. Sementara seorang ibu yang kebetulan juga sama-sama berdiri, berada tepat di belakangku, tampak seperti orang yang gak tenang. Sebentar-sebentar mengatur tasnya, dikempitnya tasnya di depan dadanya dengan erat, tak lama kemudian mengatur letak kerudungnya, kadang juga bergeser sedikit ke depan atau ke belakang. Hal ini agak membuatku sedikit terganggu dan risih dengan pergerakannya yang sedikit-sedikit itu. Dan sadar atau tidak sadar, si ibu tersebut jadi sedikit menyentuh punggungku dan kadang cenderung sedikit mendorong. Hmmfff.... agak bete juga, karena dalam situasi berhimpitan begitu. Tapi mungkin aku juga yang gak tahu diri. Dalam situasi sesak begitu, masih juga gak mau kena desakan orang, mana mungkin? Di hadapanku juga berdiri seorang cewek yang sedang asyik membaca buku sambil bersandar pada pintu bus. Dari pakaian seragam yang dikenakannya aku mengetahui bahwa ia seorang karyawan di salah satu televisi swasta. Sementara di sampingku juga berdiri seorang cewek yang sepertinya karyawan swasta.
Tak lama berselang, di dalam perjalanan, kami mendengar pengumuman dari petugas penjaga pintu Bus Way,"Mohon maaf ya bapak-bapak dan ibu-ibu.... mengganggu sebentar... nanti kalau ada yang mau turun, kami harus memeriksa tas bapak dan ibu satu persatu di tiap halte. Dan gak boleh ada penumpang baru yang naik bus ini juga. Karena ada salah satu penumpang di dalam bus ini yang telah kehilangan dompet."
" O iya, pintu yang akan dibuka juga hanya pintu yang di depan saja, jadi kalau ada yang mau turun di bagian belakang, harus pindah kesini," begitu tambahnya.
Bagaikan lebah yang ada di dalam sarang, segera terdengar dengungan suara penumpang membahas soal pencopetan dan pemeriksaan itu. Kami pun jadi tambah waspada, mengamankan tas kami masing-masing.
Bukan hanya khawatir akan ada pencopetan susulan (walaupun kemungkinannya kecil, pasalnya lagi dirazia), tapi kami juga harus tetap waspada, kalau-kalau si pencopet sebenarnya diam-diam memasukkan dompet hasil jarahannya ke tas kami (karena takut ketahuan perbuatannya). Gimana kalau sewaktu diperiksa dan ditemukan dompet itu, dikira kamilah pencopetnya. Betul gak?
Sementara itu si ibu yang berdiri di belakangku mengepit tasnya semakin kencang. Semakin resah juga dia. Aku berfikir, mungkin itu sebabnya sejak awal si ibu gak mau diam, dia mungkin punya firasat bakal ada pencopet di bus ini.
Akibat pemeriksaan di tiap halte, perjalanan kami jadi sedikit terlambat. Aku tak terlalu mengkhawatirkan keterlambatan itu. Bagiku pemeriksaan di saat seperti ini justru sangat diperlukan. Bahkan kalau tidak diperiksa justru aku akan mempertanyakan kesigapan petugas keamanan di sana. Tapi cewek yang berdiri di depanku sedikit kesal dengan pemeriksaan itu, karena mengakibatkannya sedikit terlambat sampai di kantor. Lama kelamaan kami bertiga saling mengobrol ngalor ngidul dengan suara pelan. Membahas soal pencopetan, dan hal lainnya.
Sudah beberapa halte kami lewati, namun hingga aku turun dari bus, ternyata dompet berwarna ungu yang hilang itu belum ditemukan juga. Isi tasku juga dikorek-korek petugas. Bahkan sebagian isinya ada yang dikeluarkan, supaya bisa melihat jelas isi tasku lainnya. Untung hari itu aku gak bawa macem-macem. Kadang aku bawa makanan yang ada di rumah buat camilan di dalam bus (bayangkan gimana kalau pas dibuka isi tasnya ada nasi uduk, pisang goreng, ketan kukus dan sambelnya, atau coklat dan kacang? whuaah... pasti pak security gak bakal percaya kalau itu milikku semua, wong badan cungkring begitu kok makannya banyak..hehe ), lain waktu aku juga bawa benang dan hakpen atau malah bawa kawat, tang dan batu-batunya... atau gunting dan jarum... (ini mau ngantor apa mau bikin craft?..hihihi...). Yah begitulah... ternyata sampai aku meninggalkan bus, belum ditemukan si pencopetnya plus dompet ungu yang dicari itu.
Aku berharap, semoga saja dompet itu ditemukan di halte berikutnya, dan pencopetnya dapat ditangkap. Dari kejadian itu aku jadi tahu bahwa ternyata, di tempat yang kukira aman, masih ada kemungkinan kejahatan terjadi. Aku juga cukup salut dengan kesigapan awak petugas keamanan Trans Jakarta yang langsung menindaklanjuti kejadian yang merugikan ini, sehingga kami para penumpang merasa diperhatikan keamanannya. Semoga pencopetnya kapok mencopet di bus way... Dan semoga kejadian seperti itu tidak akan terulang lagi.
*gambar ngambil dari google*