Friday, 27 May 2011

Catatan BusWay

Di suatu pagi yang cerah, di dalam Bus Way yang sesak tujuan Pluit, aku berusaha mengatur sikap tubuh berdiriku, agar kakiku gak terinjak, agar badanku juga gak terlalu tergencet penumpang lain. Sementara seorang ibu yang kebetulan juga sama-sama berdiri, berada tepat di belakangku, tampak seperti orang yang gak tenang. Sebentar-sebentar mengatur tasnya, dikempitnya tasnya di depan dadanya dengan erat, tak lama kemudian mengatur letak kerudungnya, kadang juga bergeser sedikit ke depan atau ke belakang. Hal ini agak membuatku sedikit terganggu dan risih dengan pergerakannya yang sedikit-sedikit itu. Dan sadar atau tidak sadar, si ibu tersebut jadi sedikit menyentuh punggungku dan kadang cenderung sedikit mendorong. Hmmfff.... agak bete juga, karena dalam situasi berhimpitan begitu. Tapi mungkin aku juga yang gak tahu diri. Dalam situasi sesak begitu, masih juga gak mau kena desakan orang, mana mungkin? Di hadapanku juga berdiri seorang cewek yang sedang asyik membaca buku sambil bersandar pada pintu bus. Dari pakaian seragam yang dikenakannya aku mengetahui bahwa ia seorang karyawan di salah satu televisi swasta. Sementara di sampingku juga berdiri seorang cewek yang sepertinya karyawan swasta.

Tak lama berselang, di dalam perjalanan, kami mendengar pengumuman dari petugas penjaga pintu Bus Way,"Mohon maaf ya bapak-bapak dan ibu-ibu.... mengganggu sebentar... nanti kalau ada yang mau turun, kami harus memeriksa tas bapak dan ibu satu persatu di tiap halte. Dan gak boleh ada penumpang baru yang naik bus ini juga. Karena ada salah satu penumpang di dalam bus ini yang telah kehilangan dompet."

" O iya, pintu yang akan dibuka juga hanya pintu yang di depan saja, jadi kalau ada yang mau turun di bagian belakang, harus pindah kesini," begitu tambahnya.

Bagaikan lebah yang ada di dalam sarang, segera terdengar dengungan suara penumpang membahas soal pencopetan dan pemeriksaan itu. Kami pun jadi tambah waspada, mengamankan tas kami masing-masing. 

Bukan hanya khawatir akan ada pencopetan susulan (walaupun kemungkinannya kecil, pasalnya lagi dirazia), tapi kami juga harus tetap waspada, kalau-kalau si pencopet sebenarnya diam-diam memasukkan dompet hasil jarahannya ke tas kami (karena takut ketahuan perbuatannya). Gimana kalau sewaktu diperiksa dan ditemukan dompet itu, dikira kamilah pencopetnya. Betul gak?

Sementara itu si ibu yang berdiri di belakangku mengepit tasnya semakin kencang. Semakin resah juga dia. Aku berfikir, mungkin itu sebabnya sejak awal si ibu gak mau diam, dia mungkin punya firasat bakal ada pencopet di bus ini. 

Akibat pemeriksaan di tiap halte, perjalanan kami jadi sedikit terlambat. Aku tak terlalu mengkhawatirkan keterlambatan itu. Bagiku pemeriksaan di saat seperti ini justru sangat diperlukan. Bahkan kalau tidak diperiksa justru aku akan mempertanyakan kesigapan petugas keamanan di sana. Tapi cewek yang berdiri di depanku sedikit kesal dengan pemeriksaan itu, karena mengakibatkannya sedikit terlambat sampai di kantor. Lama kelamaan kami bertiga saling mengobrol ngalor ngidul dengan suara pelan. Membahas soal pencopetan, dan hal lainnya.

Sudah beberapa halte kami lewati, namun hingga aku turun dari bus, ternyata dompet berwarna ungu yang hilang itu belum ditemukan juga. Isi tasku juga dikorek-korek petugas. Bahkan sebagian isinya ada yang dikeluarkan, supaya bisa melihat jelas isi tasku lainnya. Untung hari itu aku gak bawa macem-macem. Kadang aku bawa makanan yang ada di rumah buat camilan di dalam bus (bayangkan gimana kalau pas dibuka isi tasnya ada nasi uduk, pisang goreng, ketan kukus dan sambelnya, atau coklat dan kacang? whuaah... pasti pak security gak bakal percaya kalau itu milikku semua, wong badan cungkring begitu kok makannya banyak..hehe ), lain waktu aku juga bawa benang dan hakpen atau malah bawa kawat, tang dan batu-batunya... atau gunting dan jarum... (ini mau ngantor apa mau bikin craft?..hihihi...). Yah begitulah... ternyata sampai aku meninggalkan bus, belum ditemukan si pencopetnya plus dompet ungu yang dicari itu.

Aku berharap, semoga saja dompet itu ditemukan di halte berikutnya, dan pencopetnya dapat ditangkap. Dari kejadian itu aku jadi tahu bahwa ternyata, di tempat yang kukira aman, masih ada kemungkinan kejahatan terjadi. Aku juga cukup salut dengan kesigapan awak petugas keamanan Trans Jakarta yang langsung menindaklanjuti kejadian yang merugikan ini, sehingga kami para penumpang merasa diperhatikan keamanannya. Semoga pencopetnya kapok mencopet di bus way... Dan semoga kejadian seperti itu tidak akan terulang lagi.

*gambar ngambil dari google*

Monday, 23 May 2011

Menjaga Danish

Pagi ini, adekku dan isterinya pamit mau dinas ke luar kota selama seminggu. Rute isterinya, dari rumah menuju kantor, terus ke Bogor sampai rabu, pulang sehari, kamisnya lanjut menuju Batam, terakhir ke Singapura. Sedangkan rute adekku, dari rumah langsung ke Batam, janjian bertemu dengan sang isteri di sana, kemudian bersama-sama mereka lanjut ke Singapura. Tak lupa sebelumnya mereka menitipkan Danish, anak mereka yang berumur satu tahun, pada nenek dan mbahnya (orangtuaku), juga pada Bu De-nya (aku).

 

Sebelumnya, adekku agak ragu berangkat, pasalnya dua minggu yang lalu ART yang biasa menjaga Danish, tanpa pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba mengundurkan diri dengan alasan disuruh bekerja di pabrik oleh ibunya (lho?). Hari ini pamit, besoknya sudah pulang kampung...hhhmm…

 

Sedangkan ibuku sehari-hari sudah menjaga Shafaa, keponakanku satu lagi yang sangat manja, yang masih berumur dua tahun dan sama-sama butuh perhatian lebih. Orangtua Shafaa juga bekerja. Jadi setiap hari Shafaa dititipkan pada ibuku, dan malamnya Shafaa pulang bersama ayah dan ibu, pagi dititipkan lagi, begitu seterusnya. Repotnya, kedua batita ini gak mau diam. Kalau tak dijaga masing-masing, bisa kacau. Kadang Shafaa merebut mainan Danish, lain waktu Danish melawan kakak Shafaa, merebut dot yang sedang dihisapnya dan kemudian dihisapnya sendiri.. Pokoknya heboh. Terkadang Shafaa dan Danish juga berebut minta gendong nenek…hehe… Tinggal ibuku yang kerepotan menggendong keduanya…

 

Setelah dipertimbangkan secara masak, akhirnya adekku dan isterinya tetap dinas keluar kota, sementara Danish akan bersama nenek dan mbah-nya. Kebetulan juga ada keluarga pamanku yang berdekatan dengan rumah kami, bisa menjaga Danish di siang hari. Jadi siang Danish bersama bu De (isteri pamanku) dan malam bersama nenek, mbah dan bu De (aku). Bergiliran pokoknya.

 

Dengan peralatan perang yang lengkap (botol susu, susu, pampers obat-obatan dan lain-lain) dan dengan agak berat hati, sang ibu menyerahkan Danish pada nenek. Sementara Danish seperti tak mau lepas dari gendongan ibu. Walaupun Danish masih mengulurkan tangannya pada ibu minta digendong lagi, tapi karena tugas, mau tak mau ibu harus tetap pergi.

 

Dan walaupun keponakanku itu baru bisa berceloteh bahasa planet…hehe …  Tapi sang ibu tetap pamit pada Danish… Dengan pelan, adek iparku berujar : ”Ibu pergi dulu yaaa, Danish sama nenek dulu.. jangan rewel yaaa” Danish pun menjawab dengan celotehannya, tampaknya mulai mengerti, dan akhirnya setuju tetap di gendongan nenek. Ketika ibu dan ayah pergi, tak lupa Danish melambai-lambaikan tangan… dadah-dadah .

 

Ok, soal menjaga Danish sudah beres. Tinggal sekarang tugas nenek, mbah dan Bu De yang ambil alih menjaga Danish bergantian (sebenarnya lebih banyak neneknya sih yang jaga..hahaha). Walaupun kadang aku kewalahan menjaganya, karena Danish termasuk batita yang sangat aktif, pokoknya gak bisa diem, tapi aku sangat senang bermain dengannya. Apalagi kalau dia mulai berceloteh gak karuan…lucu…hehe… Satu lagi hobinya yang bikin aku heran, dia paling senang merangkak ke dapur.. entah kenapa.. (apa dia niat mau jadi master chef ya? )

 

Dan sekarang ini aku berharap, semoga nanti malam Danish gak rewel dan gak ngajak begadang seperti biasanya kalau ada ayah dan ibu... 

Sunday, 22 May 2011

pendidikan penting

Walaupun aku hanya merasakan nikmatnya belajar di sebuah universitas sebentar saja (itupun hanya program jangka pendek), tapi bagiku pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting. Penting baik untuk diri sendiri, maupun lingkungan kita. Dengan pendidikan, diharapkan seseorang dapat menjadi lebih arif dalam memandang suatu persoalan. Pendidikan juga merupakan warisan yang tidak akan habis dimakan zaman, bahkan akan semakin memperkaya wawasan pemiliknya di masa depan. Makanya, aku akan sangat mendukung jika ada siapapun yang ingin meneruskan pendidikannya. Termasuk salah seorang adik iparku. Belakangan  

Sunday, 15 May 2011

Bawal Tauco


Description:
Berhubung minggu kemarin lagi gak punya aktifitas di luar rumah, maka kesempatan itu aku gunakan untuk bikin salah satu masakan favoritku, yaitu Bawal Tauco. Aku suka masakan ini gara-gara pernah makan di warung dekat kantor yang menyajikan menu ini. Tiap kali ke warung itu, pasti kami selalu memesan Bawal Tauco. Biasanya si ibu pemilik warung selalu masak mendadak, istilahnya fresh from the oven...hehe... Sedap.. Makanya, aku jadi pengen coba bikin juga di rumah.. Ada yang mau bikin juga? Hayuuk lah dicoba..^_^


Ingredients:
BAWAL TAUCO

Bahan :
- Ikan bawal ukuran sedang 5 ekor, cuci bersih, lumuri jeruk nipis, sisihkan.
- 5 sendok makan tauco, sisihkan.

Bumbu yang diiris :
- Cabai hijau besar, kira2 10 buah (semua kira2 nih :p)
- Cabai merah keriting, kira2 10 buah
- Cabai rawit hijau, 10 buah
- Cabai rawit merah, 10 buah
kalau gak suka pedas, bisa dikurangi, tergantung selera
- 8 siung bawang merah
- 6 siung bawang putih
- kira2 seujung jari jahe
- seujung jari kunyit
- daun salam dan daun sereh
- garam dan gula secukupnya

Tambahan :
- 1 sendok makan maizena yang dicampur sedikit air (bila suka). Kalau gak suka pake maizena, its ok.. tergantung selera aja kok...^_^



Directions:
Cara membuat :

1. Ikan yang sudah dilumuri jeruk nipis, digoreng sampai matang, sisihkan.
2. Tumis bawang merah, bawang putih, sampai harum. Bila telah harum, masukkan bumbu iris yang lain, aduk-aduk sampai rata.
3. Masukkan tauco, beri sedikit air, beri garam dan gula secukupnya. Lalu masak hingga matang (sebentar saja, kira2 5 menit, pokoknya sampai kuahnya agak mendidih).
4. Kalau suka, terakhir tambahkan tepung maizena yang ditambah sedikit air ke dalam masakan. Tunggu sampai agak mengental. Lalu matikan api.
5. Segera siram kuah tersebut ke atas ikan bawal goreng yang sudah disiapkan.
Siap disantap... Paling enak dimakan dengan nasi panas.. Nyyamm... ^_^

upss...maaf, di foto gambar ikan bawalnya gak terlalu keliatan.. ketutupan bumbu...hehe :p

Tuesday, 10 May 2011

yang biru & hijau




Assalamu 'alaikum,
Bu Ping, ini bros dan pendant yang aku punya yang warna hijau dan biru. Yang mana yang ibu taksir? kalau gak ada yang ditaksir disini, berarti mungkin aksesoris punya temanku, nanti aku tanyain ke temanku ya bu ^_^...

makasih
samsiah

Sunday, 8 May 2011

@Rumah Jambuluwuk, 5-6 Mei 2011


lantai atas, with roommate

Hari Kamis-Jum'at, tepatnya tanggal 5-6 Mei 2011 yang lalu, aku ditugaskan kantor untuk mengikuti training pengisian administrasi laporan bulanan yang diadakan oleh PT.Jamsostek di Rumah Jambuluwuk, Ciawi, Bogor.

Setiap perusahaan mengirimkan seorang wakil. Walaupun kami baru bertemu pertamakali di tempat itu, tapi herannya, suasana tampak begitu akrab, seolah kami sudah sering bertemu.

So, silakan melihat-lihat keceriaan kami di sana, diantara tugas yang harus dilakukan.
Jadi pengen ketemu lagi dan main ke Rumah Jambuluwuk lagiiii...hehe...
Missed u frens ^_^

Tuesday, 3 May 2011

Inacraft 2011


Nanda sibuk dengan kawat-kawat gantungannya.

Alhamdulillah, Inacraft 2011 yang berlangsung sejak tanggal 20 April sampai dengan 24 April 2011, telah berakhir. Dari event ini, banyak pelajaran berharga yang kudapatkan. Selama ini aku hanya mendengarkan teori bahwa berjualan itu memerlukan kegigihan, kesabaran, kepasrahan kepada Allah SWT. Ternyata, ketika kita menjalaninya secara langsung, pandangan kita pada teori itu menjadi berbeda. Kegigihan yang dimaksud adalah bahwa kita tak boleh menyerah. Kesabaran benar-benar diuji dan kepasrahan kita benar-benar dipertaruhkan. Bahwa rejeki yang kita dapatkan benar-benar tergantung pada kemurahan Allah SWT. Benarlah bahwa dikatakan pengalaman itu adalah guru yang sangat berharga. Dari menjalaninya secara langsung, aku mendapatkan pelajaran berharga itu.

Terima kasih buat teman-temanku satu tim, Amy, Fita, Mba Rere dan Nanda yang telah bekerjasama dengan baik dan solid. Semoga kita bisa bekerjasama lagi di lain kesempatan. Terima kasih juga buat Rangga (Amy's fiance), tanpa bantuannya kita gak bisa membuka dan menutup stand setiap hari. Semoga kebaikan teman-teman semua dibalasi dengan kebaikan yang lebih baik dari Allah SWT.. Amiin..^_^